REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak pengungsi korban banjir bandang dan longsor di Lebak, Provinsi Banten membutuhkan perlengkapan sekolah.
"Kami berharap relawan maupun dermawan dapat menyalurkan bantuan perlengkapan sekolah," kata Alamat, seorang tokoh masyarakat juga pengelola pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mathalul Anwar di Kampung Seupang Kecamatan Sajira Kabupaten Lebak, Kamis (6/2).
Saat ini, anak-anak MI Mathlaul Anwar tetap melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di tenda darurat. Mereka anak-anak sekolah itu membutuhkan buku, tas, seragam, kaus kaki hingga sepatu, karena perlengkapan sekolah itu hilang diterjang bencana banjir bandang awal tahun 2020.
Meski kekurangan perlengkapan sekolah, namun anak-anak penuh semangat belajar tanpa meja dan kursi, bahkan anak-anak itu belajar tanpa alas kaki.
"Kami berharap bantuan perlengkapan sekolah itu terpenuhi," katanya menjelaskan.
Anita, seorang guru MI Mathlaul Anwar mengatakan saat ini, jumlah siswa yang mengikuti proses KBM sebanyak 49 siswa mulai Kelas I sampai Kelas VI.
Namun, anak-anak pasca-bencana belajar tidak mewajibkan menggunakan perlengkapan sekolah, seperti tas, seragam, sepatu dan kaus kaki.
"Kami belajar di sekolah itu cukup dengan buku tulis saja," katanya.
Ia menyebutkan, semua anak-anak yang belajar di MI Mathlaul Anwar itu mereka tinggal di tenda pengungsian karena rumah mereka di Kampung Seupang hanyut dan rusak berat diterjang banjir bandang.
Proses KBM seperti biasa mulau belajar pukul 07.15 WIB dan pulang pukul 11.30 WIB,katanya.
Sementara itu, Ketua Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Banten Saodah menyalurkan bantuan buku tulis untuk siswa MI Mathlaul Anwar di Kampung Seupang Kecamatan Sajira.
"Kami berharap melalui bantuan buku tulis itu dapat belajar dengan baik," katanya.