REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lauren (Miranda Tapsell) dan Ned (Gwilym Lee) adalah pasangan kekasih yang tinggal dan bekerja di Adelaide, Australia. Mereka berdua tengah merencanakan pernikahan dan memutuskan menikah di Darwin, tempat tinggal orang tua Lauren.
Setelah menempuh jarak jauh ke rumah, Lauren kaget bukan kepalang karena ibunya, Daffy Ford (Ursula Yovich), pergi dari rumah tanpa kabar. Lauren bingung harus mencari ibunya ke mana dan pusing menghadapi ayahnya yang sedih ditinggal sang istri.
Ned segera mengajak Lauren menelusuri bagian utara Australia untuk mencari Daffy karena mereka tidak mau menikah tanpa kehadirannya. Pencarian itu membuat mereka menemukan berbagai fakta baru, terutama mengenai masa lalu tersembunyi ibu Lauren.
Mengemas budaya dalam sebuah komedi romantis merupakan langkah bagus yang diambil sutradara Wayne Blair. Konflik romansa Ned dan Lauren menjadi pelapis bagi menu utama yang sesungguhnya ingin dihadirkan: kultur suku Aborigin.
Penonton Indonesia akan mendapat berbagai wawasan anyar. Bahasa, tata cara pernikahan tradisional, dan tarian khas, termasuk elemen budaya yang hadir di film. Hal menarik lain adalah menyimak logat bahasa Inggris warga Australia yang terdengar unik.
Humor selalu tersisip dalam interaksi antara Lauren dan Ned, antara pasangan itu dengan bos masing-masing, juga antara mereka dengan keluarga dan sahabat. Bahkan, reaksi absurd ayah Lauren di tengah keterpurukan dihadirkan sebagai lelucon.
Selain lanskap perkotaan Adelaide dan Darwin, film banyak menyuguhkan pemandangan indah Pulau Tiwi, bagian dari Teritorial Utara Australia. Hal itu tersemat di judul film, karena "top end" adalah bahasa slang untuk wilayah utara negeri kanguru.
Top End Wedding menjadi film pembuka pada Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2020 pada Kamis pekan depan. Film juga diputar untuk publik di CGV Grand Indonesia Jakarta pada Jumat (14/2) pukul 21:00 dan Ahad (16/2) pukul 18:00.
Sayangnya, penyelenggara FSAI mengumumkan film ini tidak menyediakan teks Bahasa Indonesia. Sejumlah dialog dalam bahasa daerah setempat pun luput diterjemahkan dalam bahasa Inggris sehingga penonton hanya menerka makna dari sebagian adegan.