Jumat 07 Feb 2020 16:31 WIB

Fungsi Intermediasi 2020 Diperkirakan Membaik

Kinerja dan prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
 Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Warga melintas didekat logo Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Deputi Gubernur Bank Indonesia, Erwin Riyanto, memperkirakan fungsi intermediasi keuangan perbankan pada  2020, akan lebih baik dibanding 2019. Saat menghadiri pengukuhan Samsun Hadi sebagai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Jumat  (7/2), Erwin memprediksi pertumbuhan kredit perbankan di 2020 berada pada kisaran 10-12 persen.

''Fungsi intermediasi yang masih rendah pada 2019, diperkirakan akan membaik pada 2020,'' jelasnya. Pada 2019, pertumbuhan kredit tercatat di bawah enam persen. Bank Indonesia mencatat, penyaluran kredit perbankan pada Desember 2019 hanya sebesar Rp 5.633,4 triliun atau hanya tumbuh 5,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Erwin mengakui, ekonomi global sepanjang 2019 memang tidak ramah. Hal ini ditandai dengan perang dagang yang makin meluas, dan mencirikan anti-globalisasi. Meski demikian dia tetap mensyukuri, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia masih cukup baik.

Hal ini ditandai dengan stabilitas ekonomi yang tetap terjaga, sehingga momentum pertumbuhan akan tetap berlanjut. ''Sementara sejumlah negara mengalami resesi atau bahkan krisis,'' jelasnya.

Disebutkan, pertumbuhan ekonomi di 2019 yang tercatat sebesar 5,02 persen, diperkirakan akan dapat ditingkatkan menjadi sekitar 5,1-5,5 persen pada 2020. ''Hal ini ditopang permintaan domestik, serta kinerja ekspor yang semakin baik,'' ujar dia.

Begitu juga laju inflasi di Tanah Air pada 2020 diperkirakan juga akan tetap terkendali. Pada 2019, laju inflasi secara nasional tercatat sebesar 2,72 persen, atau masih dibawah target maksimal 3,5+1 persen.

''Rendahnya laju inflasi ini, didukung oleh ketersediaan pasokan, terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilnya nilai tukar rupiah, serta eratnya koordinasi Bank Indonesia dengan pemerintah melalui TPI dan TPID,'' katanya.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan sekaligus mempertahankan stabilitas ekonomi, Erwin menyatakan, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah, OJK, dunia usaha, dan berbagai mitra kerja terkait.

''Sinergi bauran kebijakan makroekonomi dan sistem keuangan, akan terus kita perkuat untuk ketahanan ekonomi nasional,'' tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement