Angka kematian akibat virus corona di China meningkat lagi, dengan kematian hari Senin (10/2/2020) mencapai 908 orang, dengan adanya 97 kematian baru.
- Sebelum tembus angka 900, kasus virus corona menurun 20 persen
- Ibu dari dokter yang meninggal karena virus corona tuntut penjelasan Pemerintah China
- WHO terbang ke China setelah dua minggu tunggu izin masuk
Senin, Kementerian Kesehatan China melaporkan adanya 3.062 kasus baru dalam masa 24 jam terakhir, sementara John Hopkins melaporkan secara global mereka yang terkena kasus itu berjumlah 40.510 orang.
Sebelumnya, Prancis sudah menutup dua sekolah setelah lima turis asal Inggris terkena virus itu ketika berada di sebuah resor ski.
Malaysia, Korea Selatan, dan China juga melaporkan adanya satu kasus baru di masing-masing negara.
Lebih dari 360 kasus dilaporkan terjadi di luar China.
Kenaikan angka pada Senin membalikkan penurunan yang sebelumnya dilaporkan terjadi pada Ahad, di mana kasus baru hanya 2656, turun 20 persen dibandingkan 24 jam sebelumnya.
Awalnya, penurunan jumlah ini dilihat sebagai keberhasilan dari mekanisme kontrol bersama dari daerah-daerah di China diikuti pencegahan yang ketat sesuai pernyataan juru bicara Komisi Kesehatan Nasional, Mi Feng.
Optimisme lain datang dari Dr Ian Lipkin, rektor Pusat Penelitian Infeksi dan Kekebalan Tubuh dari Universitas Columbia yang pernah menangani kasus SARS bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pemerintah China.
Ia mengatakan bahwa bila berhasil, metode containment atau karantina dapat menurunkan angka kasus virus corona secara drastis bulan ini.
Faktor cuaca panas dilihat akan membantu mengurangi potensi penyebaran virus sekaligus mendorong orang untuk meninggalkan tempat tertutup di mana virus mudah menyebar.
'Tidak menyerah sebelum dapat penjelasan'
Sementara itu, ibu dari dokter yang pertama kali mengungkap mewabahnya virus corona masih menuntut penjelasan dari Pemerintah China.
Dokter yang bernama Li Wenliang meninggal pada Jumat (7/2) karena virus corona.
Kematian dokter tersebut telah mengundang amarah publik kepada Pemerintah Wuhan.
Mereka mengatakan amarah ini patut diterima oleh pemerintah melihat perlakuan tidak adil kepada dokter yang meninggal di usia 34 tahun itu.
Dalam sebuah video di platform siaran online bernama Pear Video, ibu dari Li Wenliang menceritakan proses penangkapan anaknya.
"Anak saya dipanggil oleh kantor polisi Wuhan tengah malam. Ia diminta untuk menandatangani pemberitahuan peringatan," kata dia.
"Kami tidak akan menyerah sampai dapat penjelasan [tentang kematian Lin Wenliang]."
Dalam video terlihat ucapan terima kasih dari warga atas jasa Lim Wenliang dalam bentuk bunga dengan catatan "Pahlawan hidup selamanya. Terima kasih."
Pakar WHO diizinkan mengunjungi China
Sementara itu, sebuah rumah sakit di Wuhan dengan kapasitas 1.000 pasien yang dibangun dalam waktu 10 hari resmi dibuka minggu lalu.
Di sisi lain, usaha pemberantasan virus juga dilakukan kelompok ahli dari luar China yang dipimpin oleh pakar dari WHO.
Mereka terbang ke Beijing untuk membantu menelusuri wabah virus corona.
Aksi ini merupakan bentuk pemenuhan janji Jenderal Direktur WHO, Tedris Adhanom Ghebreyesus dalam pertemuannya dengan Presiden Xi Jinping dan menteri China akhir Januari lalu.
Namun, butuh waktu dua minggu hingga akhirnya mereka mendapatkan izin masuk dari Pemerintah China.
Virus corona saat ini telah menyebar ke 27 negara dan teritori menurut laporan resmi.
Sejauh ini sudah terdapat dua kasus orang meninggal akibat virus corona di luar daratan China. Keduanya adalah warga negara China.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini