Rabu 12 Feb 2020 13:15 WIB

Runtuhnya Tradisi Kepemimpinan PAN dan Mitos Restu Amien

Zulhas memenangi kontestasi calon ketua umum PAN tanpa restu Amien Rais.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ratna Puspita
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memberikan hak suaranya saat pemilihan Ketua Umum periode 2020-2025, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020)
Foto: Antara/Jojon
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan memberikan hak suaranya saat pemilihan Ketua Umum periode 2020-2025, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/2/2020)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Zulkifli Hasan kembali terpilih sebagai Ketua Umum dalam Kongres PAN V yang digelar di Kendari pada Selasa (11/2). Terpilihnya pria yang kerap disapa Zulhas itu juga menandai luruhnya tradisi di Partai berlambang matahari putih itu.

Setidaknya ada dua tradisi dan mitos yang dipecahkan dalam terpilihnya Zulhas. Pertama, Zulhas menjadi ketua umum PAN pertama yang terpilih dalam dua periode, bahkan berturut-turut.

Baca Juga

Kedua, Zulhas memenangi kontestasi calon ketua umum PAN tanpa restu Amien Rais. "Tradisi restu Amien Rais (AR) di PAN menjadi luntur. Itu karena Zulhas melawan kebijakan AR soal regenerasi," kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin pada Republika, Rabu (12/2).

Sepanjang sejarah kepemimpinan PAN, ketua umum kerap dijabat oleh orang yang berbeda dalam setiap periodenya. Dalam melanjutkan tradisi itu, Amien Rais pun selalu mendukung tokoh-tokoh yang berbeda dalam setiap kongres.