REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan profesional global LinkedIn telah merilis laporan LinkedIn Opportunity Index 2020. Indeks itu berisi kumpulan data yang berupaya memahami bagaimana penduduk lintas negara memaknai peluang serta mengatasi kesenjangan dalam mencapai peluang tersebut.
Lebih dari 30 ribu responden di 22 negara, termasuk 1.010 responden dari Indonesia, dilibatkan dalam survei LinkedIn Opportunity Index 2020. Menurut studi tersebut, tenaga kerja lintas generasi di Indonesia menghadirkan peluang baru dalam bisnis yang terus bertumbuh.
LinkedIn menugaskan perusahaan riset independen GfK untuk melakukan penelitian pada September hingga Oktober 2019. Survei melibatkan responden berusia 18-65 tahun di Amerika Utara, Amerika Latin, Timur Tengah, Eropa, dan Asia Pasifik, melalui wawancara daring.
Kelompok umur diklasifikasikan sebagai Gen Z (18-22 tahun), milenial (23-38 tahun), Gen X (39-54 tahun), dan Boomer (55-65 tahun). Metodologi yang digunakan adalah penghitungan skor, di mana skor yang lebih tinggi menunjukkan optimisme yang lebih besar.
Managing Director LinkedIn Asia Pasifik Olivier Legrand mengatakan, usia lebih banyak menjadi hambatan utama bagi generasi yang lebih tua. Sementara, usia bermanifestasi sebagai peluang yang berbeda untuk kelompok umur lainnya.
Misalnya, usia dianggap sebagai tantangan bagi kaum muda dengan pengalaman kerja yang tidak mencukupi (25 persen dari Gen Z) dan mereka yang tidak memiliki koneksi yang tepat (25 persen dari generasi milenial).
"Untuk pertama kalinya, empat generasi bekerja sama. Sudah waktunya bagi perusahaan untuk mengesampingkan diskriminasi terhadap usia di tempat kerja, dan menjadikan tenaga kerja multigenerasi sebagai peluang," ujar Legrand lewat pernyataan resminya.
Penelitian juga menemukan bahwa orang Indonesia tertarik untuk mencari peluang yang memungkinkan mereka untuk memiliki keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan. Artinya, peluang yang selaras dengan minat dan dapat memaksimalkan keterampilan.
Akan tetapi, mereka kerap terhalang oleh sejumlah hambatan seperti kurangnya jaringan, koneksi, status keuangan, usia, dan pasar kerja yang sulit. Padahal, berdasarkan survei, Indonesia merupakan negara paling percaya diri untuk mencapai peluang di Asia Tenggara.
Terdapat 44 persen orang Indonesia yang tengah mencari peluang untuk mengejar minat mereka. Upaya itu disertai pandangan yang kuat tentang keuangan pribadi mereka dalam 12 bulan ke depan. Satu dari tiga orang Indonesia pun ingin memulai bisnis sendiri.
"Indonesia bersama Filipina dan Meksiko unggul dalam hal ini, dibandingkan negara-negara lainnya. Penelitian mengungkap optimisme yang lebih tinggi pada orang Indonesia yang tinggal di daerah perkotaan, serta mereka yang memiliki tingkat pendapatan dan pendidikan yang lebih tinggi," tutur Legrand.