REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Ridwan Kamil menggelar pertemuan dengan sejumlah pejabat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Rabu (12/2). Menurutnya, untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru (Covid-19), Pemprov Jabar bekerja sama dengan seluruh pihak terus memantau pekerja asing (TKA) yang berasal dari Cina.
Jumlah TKA Cina di Jawa Barat saat ini mencapai lebih dari 3.000 orang dan semua termonitor keberadaannya. Ridwan Kamil mengatakan, tidak ingin karena adanya virus korona, kemudian TKA dari Cina seperti terkucilkan.
Pemprov Jabar akan melakukan pemeriksaan terhadap mereka serta melakukan pemantauan secara baik dan normal. "Dinas-dinas tenaga kerja di daerah sudah dikomunikasikan untuk melakukan koordinasi pemantauan dengan prosedur yang sederhana. Kalau terlihat ada batuk, pilek, atau demam yang menjadi gejala, harus segera antisipasi untuk melaporkan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan, Rabu (12/2).
Menurut Emil, pihaknya juga tengah menanti kabar baik dari sembilan warga Jabar yang saat ini tengah dievakuasi di Pulau Natuna. "Yang di Natuna kita masih menunggu kabar. Kalau kabar terakhirnya, juga negatif ya. Sehingga, setelah lewat 14 hari, bisa kembali ke keluarga masing-masing di Jabar," katanya.
Pemprov Jabar, kata dia, saat ini juga tengah menghitung dampak negatif dari penyebaran virus korona di seluruh dunia. Bukan hanya dari menurunnya wisatawan, melainkan juga perekonomian lain karena banyak barang impor dari Cina yang kemudian tidak masuk ke Indonesia.
"Itu sedang dihitung apakah ada dan banyak dan sebagainya serta kemudian dampak wisatawan tidak terlalu signifikan karena yang populer di Jabar kebanyakan wisatawan Timur Tengah ketimbang yang dari Tiongkok," katanya.
Sementara untuk investasi, kata Emil, ia optimistis tidak akan berdampak banyak. Namun, aktivitas investasi akan sedikit melambat dengan adanya kejadian luar biasa ini. "Hidup mah harus optimis, ini kan dinamika yang harus kita hadapi. Namanya juga situasi tidak normal, jadi kita lakukan antisipasi dengan baik," ujarnya.
Kepala Kantor Imigrasi Bekasi, Jawa Barat, Petrus Teguh, mengatakan pihaknya mencatat secara keseluruhan hanya ada 947 WNA asal Cina yang tinggal di Kabupaten Bekasi. Mereka terdiri dari pelajar, lansia, dan pekerja.
Teguh juga mengaku tidak mengetahui perihal munculnya angka 3.000 TKA asal Cina yang bekerja di proyek Meikarta, Kabupaten Bekasi. "Kami tidak tahu. Di data kami bukan seperti itu. Kami tidak tahu data itu dari mana," katanya, di Bekasi, Rabu.
Dia mengungkapkan, ada 6.600 WNA yang tersebar di wilayah Bekasi Raya, yakni Kota dan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. "Sejauh ini, tidak ditemukan WNA yang terjangkit virus (korona)," katanya.
Salah seorang petugas medis memperlihatkan wajahnya terluka oleh alat pelindung diri yang dipakai berhari-hari selama merawat pasien infeksi virus corona yang diisolasi.
Tanker dicegah
Sementara itu, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Bayur, Nazarwin, mengatakan, satu kapal tanker atau motor tanker (MT) AU LEO dari Cina gagal merapat ke Pelabuhan Teluk Bayu Kota Padang sejak Selasa (11/2) kemarin. Nazarwin menyebut, penolakan terhadap kapal dari Cina dilakukan merujuk aturan dari Kementerian Hukum dan HAM dalam mengantisipasi masuknya virus korona.
"Kapal itu dari Cina yang merupakan endemik virus korona. Jadi, sesuai dengan Permenkumham, penanganan untuk kapal dari Cina ekstraketat dan sedang ditangani oleh karantina Pelabuhan Teluk Bayur," kata Nazarwin kepada Republika, Rabu (12/2).
Sejak Selasa, otoritas Pelabuhan Teluk Bayur memerintahkan kru kapal untuk buang jangkar di 10 mil dari Teluk Bayur. Kapal tersebut terlebih dahulu akan diinkubasi untuk memastikan para awak terbebas dari virus korona.
Nazarwin menjelaskan, motor tanker AU LEO berbendera Panama tersebut datang pukul 8.28 WIB, Selasa (11/2). Informasi kedatangan kapal tersebut sudah sejak 2 Februari lalu.
Kapal dan kru yang ada di dalamnya, termasuk nakhoda dan anak buah kapal, akan menjalani inkubasi 14 hari sejak kapal tersebut berangkat dari Distrik Nansha, Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, Cina, pada 2 Februari lalu.
Selama dua pekan itu, pihak Pelabuhan Teluk Bayur akan menjalankan prosedur operasi standar (PSO) terkait kondisi kesehatan semua kru kapal. Nantinya, setelah kapal dinyatakan tidak terindikasi membawa virus korona, kapal tersebut baru akan diizinkan masuk. Nazarwin menyebut, mekanisme ini tidak hanya berlaku di Teluk Bayur, tapi di seluruh pelabuhan di Indonesia.
MT AU LEO memang kerap masuk-keluar Pelabuhan Teluk Bayur sebelum virus korona dari Wuhan muncul dan menimbulkan kepanikan dunia internasional. MT AU LEO ini masuk-keluar Teluk Bayur untuk mengangkut minyak kelapa sawit (CPO).
Kapal merapat ke Padang dalam keadaan kosong dan membawa muatan CPO menuju berbagai negara, seperti Malaysia, Pakistan, dan Bangladesh. "Kapal itu memang rutin masuk ke Padang. Tapi, saat ini karena sekarang keadaannya luar biasa, pengawasan ketat. Ini pertama kali kapal dari Cina merapat ke Padang sejak munculnya virus korona," ucap Nazarwin. n arie lukihardianti/febrian fachri/antara, ed: fitriyan zamzami