REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Valentine atau hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari kerap dirayakan kalangan remaja dengan melakukan seks di luar nikah. Padahal, menurut pakar, seks pranikah berpotensi menimbulkan masalah psikologis, terutama pada perempuan.
Psikolog dari Universitas Pancasila Aully Grashinta, mengatakan, perilaku seks pranikah menimbulkan dampak psikologis bila lingkungan sekitarnya masih memegang nilai-nilai yang melarang hal itu. Dengan demikian, pasangan yang melakukan seks di luar nikah akan merasa bersalah.
"Pada dasarnya kan kita hidup itu melakukan penyesuaian antara ego (dorongan dari dalam diri) dan superego (tuntutan sosial). Jika tidak seimbang ya pasti menimbulkan masalah psikologis tertentu. Apakah menjadi pemberontak, atau malah menarik diri dari lingkungan," ujar Aully kepada Republika, Kamis (13/2).
Masalah psikologis itu, lanjut Aully, akan lebih besar dirasakan perempuan. Sebab, perilaku pranikah hanya bisa dibuktikan pada perempuan.
"Nilai keperawanan hanya diberlakukan pada perempuan. Ini yang merugikan bagi perempuan," ujarnya.
Selain itu, imbuh Aully, risiko kehamilan jelas juga hanya ditanggung perempuan. "Sehingga memang pada posisinya, perempuan menjadi lebih riskan dengan hubungan seksual pranikah ini," ucapnya.