REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pasien meninggal dunia akibat virus corona baru atau kini disebut dengan Covid-19 sudah melampaui 1.669 jiwa per Ahad (16/2) waktu setempat. Kasus orang yang terinfeksi virus ini pun melonjak tajam hingga 69.110 kasus yang kebanyakan terjadi di provinsi Hubei, China.
Sebanyak 9.419 orang sembuh dari virus. Komisi Kesehatan Nasional China mencatat, 2.009 kasus baru terdeteksi.
Meski angka ini mengecil dari hari sebelumnya yang sehari mencapai 2.641 kasus. Hari ini tercatat korban meninggal baru 142, dan lebih kecil dari korban meninggal hari sebelumnya, 143 orang.
Kota Wuhan di provinsi Hubei dan sejumlah daerah di sekitarnya telah terisolasi sejak 23 Januari lalu. Sekolah, kantor, dan pabrik-pabrik tutup. Banyak pula perjalanan dari dan keluar negeri ditangguhkan guna mengurangi penyebaran virus ini.
Puluhan negara juga telah mengonfirmasi adanya kasus dari virus ini dari mereka yang bepergian dari China. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mendesak pemerintah China meningkatkan upaya mempersiapkan virus ini.
"Tak mungkin memprediksi ke arah mana epidemi ini akan terjadi," ujarnya dikutip Aljazirah, Ahad.
WHO khawatir dengan terus meningkatnya jumlah kasus, dan bahkan kematian akibat virus ini terutama di China. Laporan juga mengatakan, tentang jumlah petugas medis yang terinfeksi atau meninggal karena tertular dari pasien virus corona baru. Tedros pun mengkritik yang menurutnya terdapat kurangnya urgensi dalam pendanaan tanggapan dari komunitas internasional.
Presiden China Xi Jiping mengatakan, telah memberikan instruksi untuk memerangi virus pada 7 Januari. Dalam pidatonya, Xi juga mengungkapkan ia telah memerintahkan penguncian terhadap daerah pusat penyebaran virus sejak lama.
"Pada 22 Januari, mengingat penyebaran epidemi yang cepat dan tantangan pencegahan dan pengendalian, saya membuat permintaan yang jelas bahwa provinsi Hubei menerapkan kontrol yang komprehensif dan ketat atas arus keluar orang," ujar Xi.