REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Berjalan menyusuri lorong bersejarah Athena pusat akan memberikan sensasi perjalanan kental rasa warisan Ottoman. Namun, selain itu, ada peninggalan terpenting abad ke-17 yang merupakan tempat ibadah Muslim kuno di pusat bersejarah Athena. Peninggalan Ottoman itu salah satunya ialah Masjid Tzisdaraki. Masjid tersebut kini digunakan kembali sebagai tempat pameran.
Dilansir di Anadolu Agency, Senin (17/2), jejak peninggalan peradaban Ottoman di Yunani adalah Masjid Tzisdaraki (Cizderiye Camii). Masjid ini mendapatkan namanya dari perubahan bahasa dari kata Dizdar. 'Diz' adalah bahasa Persia untuk kastil dan 'dar' berarti penjaga/pembawa, gelar dari pria di balik masjid.
Dalam sebuah artikel ilmiah tentang masjid, seorang ahli Belanda tentang arsitektur Ottoman, Machiel Kiel mengatakan, Mustafa Agha Tzisdarakis adalah gubernur Ottoman atau komandan Benteng Athena. Posisinya yang bergaji tinggi memungkinkannya terlibat dalam proyek pembangunan.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Air Mancur Bawah. Masjid Tzisdaraki dibangun pada 1759 di jantung pasar kota kala itu di Monastiraki Square.
Menurut informasi dari Kementerian Kebudayaan Yunani, tradisi mengatakan bangunan itu menggunakan batu kapur dari salah satu pilar Kuil Zeus Olimpia. Akan tetapi klaim ini dibantah karena batu kapur itu ternyata berasal dari kolom Perpustakaan Hadrian di sebelah utara Acropolis.
Menurut takhayul setempat, melukai kuil akan membawa epidemi mematikan ke kota. Karena diduga ada pelanggaran menggunakan batu-batu Zeus, Tzisdarakis harus membayar denda dan dipaksa ke pengasingan.
Menurut Museum Seni Rakyat Yunani di Athena, setelah kemerdekaan Yunani pada 1830, bangunan itu digunakan untuk berbagai keperluan sampai 1918. Ketika itu, negara memutuskan mengembalikannya untuk menampung sebuah museum baru.
Masjid ini sebagian dipulihkan pada 1966 sehingga Saud bin Abdulaziz Al Saud, mantan raja Saudi yang tinggal di pengasingan di Athena dapat beribadah di sana. Saat ini, masjid tersebut sedang dalam renovasi di bawah pengawasan Kementerian Kebudayaan dan dikelola oleh Museum Seni Rakyat Yunani.
Hampir 200 tahun setelah mendapatkan kemerdekaan, Yunani masih memiliki populasi Muslim yang cukup besar. Sebanyak seperempat juta Muslim berada di kota metropolitan Athena. Namun, Athena masih kekurangan masjid yang dibutuhkan Muslim untuk beribadah.
Pada Juni 2019, sebuah masjid baru akhirnya dibuka di Athena setelah bertahun-tahun tertunda. Akan tetapi, sejauh ini masjid tersebut belum memiliki seorang imam sehingga belum dibuka untuk ibadah. Pada Desember lalu, pejabat setempat mengatakan akan menunjuk personil baru dan membuat pengaturan yang diperlukan untuk masjid tersebut. Masjid baru itu bisa menampung sekitar 350 jamaah.