Rabu 26 Feb 2020 17:55 WIB

India Memanas, Masjid di New Delhi Jadi Sasaran Pembakaran

Bentrokan akibat UU Kewarganegaraan membuat India memanas, masjid dibakar.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Reiny Dwinanda
Massa pendukung UU Kewarganegaraan baru India melemparkan bom molotov ke arah bangunan masjid di New Delhi, India, Senin (24/2).
Foto: Danish Siddiqui/Reuters
Massa pendukung UU Kewarganegaraan baru India melemparkan bom molotov ke arah bangunan masjid di New Delhi, India, Senin (24/2).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Ketegangan di India semakin meningkat sejak Perdana Menteri Narendra Modi mengeluarkan UU Kewarganegaraan (CAA) yang memberikan kewarganegaraan kepada pengungsi dari semua agama di Asia Selatan, kecuali Islam. Bentrokan antarkelompok pendukung dan penentang CAA yang pecah sejak Ahad lalu pun telah merenggut 20 jiwa per Rabu (26/2).

Muslim dan masjid telah menjadi sasaran kelompok Hindu. Sebuah masjid dibakar di New Delhi, Selasa (26/2) oleh kelompok Hindu dan beberapa daerah berpenduduk Muslim di kota menjadi target selama tiga hari kekerasan yang terpantik oleh serangan terhadap aksi duduk dari protes terhadap Undang-Undang Kewarganegaraan baru itu.

Baca Juga

Laman India The Wire, seperti dikutip laman Aljazirah, melaporkan bahwa massa meneriakkan "Jai Shri Ram" yang berarti "salam Lord Ram". Kata-kata itu dipekikkan di sekitar masjid yang dibakar di wilayah Ashok Nagar, New Delhi.

photo
Warga muslim meninggalkan lingkungan rumahnya yang mayoritas warga Hindu pascabentrok massa pendukung dan penentang UU Kewarganegaraan India berujung rusuh di New Delhi, India.

Rekaman video yang diunggah di media sosial menujukkan massa naik ke puncak menara masjid demi mengibarkan bendera Hindu. Media lokal melaporkan bahwa toko-toko di daerah itu juga menjadi sasaran massa.

Polisi kemudian memberlakukan pembatasan pertemuan besar di timur laut Delhi menyusul adanya laporan tentang kasus baru menyangkut pelemparan dan pembakaran bangunan. Direktur Medis Rumah Sakit Guru Teg Bahadur Sunil Kumar mengatakan, setidaknya 20 orang terbunuh dalam bentrokan di New Delhi, termasuk polisi. Sementara pejabat rumah sakit, Rajesh Kalra, mengatakan, 31 orang mengalami luka, 10 di antaranya kritis.

"Sejak kemarin, kami telah memanggil polisi untuk memberlakukan jam malam, untuk mengirim bala bantuan," kata Saurabh Sharma, seorang siswa yang membawa temannya yang terluka ke rumah sakit.

Seorang perwira polisi senior, Anil Mittal, mengatakan bahwa sekitar 150 orang terluka dalam kekerasan yang dimulai ketika Presiden AS Donald Trump tiba dalam perjalanan dua hari ke India. Beberapa orang dilaporkan mengalami luka tembak.

Kekerasan baru telah dilaporkan dari daerah berpenduduk Muslim, seperti Karawal Nagar, Maujpur, Bhajanpura, Vijay Park dan Yamuna Vihar. Sementara lemparan batu menyasar lingkungan seperti Maujpur. Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal mengimbau warga untuk menjaga perdamaian usai pertemuan mendadak para legislator yang baru terpilih di Ibu Kota.

Bentrokan dimulai pada Ahad lalu, setelah para pendukung Undang-Undang Amendemen Kewarganegaraan (CAA), menyerang tempat-tempat protes anti-pemerintah. CAA, yang dijuluki "anti-Muslim", telah memicu protes nasional, terutama oleh Muslim.

Kekerasan dimulai sehari setelah pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP) yang memerintah, Kapil Mishra, memperingatkan para pemrotes anti-CAA untuk mengakhiri aksi damai mereka di daerah Jafrabad dan Maujpur di timur laut India. Pada Senin, polisi menggunakan gas air mata dan granat asap sambil berjibaku untuk membubarkan kerumunan orang yang melempar batu sehingga terjadinya bentrokan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement