REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak telah melarang pertemuan publik dan melarang masuknya wisatawan dari Kuwait dan Bahrain, Rabu (26/2). Langkah pencegahan penyebaran virus corona itu membuat Irak melarang perjalanan menuju dan pulang dari total sembilan negara.
Menteri Kesehatan Irak Jaafar Allawi mengatakan, warga Irak sekarang tidak diizinkan untuk melakukan perjalanan ke China, Iran, Jepang, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Italia, Bahrain, dan Kuwait. Bagi warga Iran yang melakukan perjalanan dan para diplomat dikecualikan dari larangan masuk dari sembilan negara, tetapi mereka akan dilakukan tes.
Allawi juga memerintahkan untuk libur sekolah dan universitas. Tempat hiburan seperti bioskop, kafe, klub, dan tempat pertemuan publik lainnya akan ditutup secara nasional dari 27 Februari hingga 7 Maret.
"Semua pertemuan di tempat-tempat umum, dengan alasan apa pun, dilarang, dan otoritas terkait harus mengambil semua langkah untuk menegakkan ini," kata Allawi.
Irak mengkhawatirkan penyebaran virus corona dari negara tetangganya Iran, yang terkena dampak wabah terburuk di luar China. Irak memiliki ikatan budaya dan agama dengan Iran dan setiap tahun menerima jutaan peziarah Iran.
Satu keluarga Irak yang terdiri atas empat orang kembali dari Iran dinyatakan positif terkena virus corona di provinsi Kirkuk pada Selasa. Mereka adalah warga Irak pertama yang diketahui terinfeksi virus tersebut.
Kejadian tersebut sehari setelah seorang mahasiswa Iran di Najaf menjadi kasus pertama yang dikonfirmasi terjadi di Irak. Dia pun kemudian dipindahkan ke Iran.
Belum ada laporan lebih lanjut tentang nasib para demonstran anti-pemerintah berkumpul di pusat Tahrir Square di Baghdad dan tempat-tempat protes lainnya di Irak selatan akan menuruti larangan tersebut. Hampir 500 orang telah terbunuh sejak 1 Oktober dengan pengunjuk rasa menuntut pemecatan elite penguasa yang korup dan mengakhiri campur tangan asing terutama oleh Iran dan Amerika Serikat.