Ahad 01 Mar 2020 17:26 WIB

Pakar: Virus Corona Mati karena Suhu Iklim Tropis Spekulatif

Pakar mengatakan anggapan virus corona mati karena suhu iklim tropis masih spekulatif

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
(Kiri ke kanan) Anggota Komisi VIII DPR Bukhori Yusuf, Anggota Komisi I Bobby Rizaldy, Pakar Virus Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, Guru Besar Hubungan Internasional Alexius Jemadu dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta, Ahad (1/3).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
(Kiri ke kanan) Anggota Komisi VIII DPR Bukhori Yusuf, Anggota Komisi I Bobby Rizaldy, Pakar Virus Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo, Guru Besar Hubungan Internasional Alexius Jemadu dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta, Ahad (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Virus dari Lembaga Eijkman, Herawati Sudoyo mengatakan anggapan yang mengatakan bahwa virus corona tidak bisa hidup di iklim tropis Indonesia, masih sangat spekulatif. Herawati mengatakan belum ada penelitian terkait anggapan tersebut.

"Jadi itu sangat spekulatif kalau dibilang temperatur akan mengurangi. Itu adalah teori yang memang kita anut sebenarnya bahwa dalam musim dingin memang respons imun tubuh menurun sehingga kita mudah sekali terjangkit," kata Herawati, di Jakarta, Ahad (1/3).

Baca Juga

 

Menurutnya sampai saat ini, belum ada penelitian terkait peran suhu di Indonesia bisa mematikan virus Corona. Kendati demikian ia membenarkan bahwa virus Corona bisa mati pada suhu 56 derajat celcius.

"Kalau kita panaskan dia 56 derajat (celcius) mati dia dalam 30 menit. Tapi kan enggak 56 derajat kan (suhu) lingkungan kita," ucapnya.

Ia juga menjelaskan yang paling berperan penting dalam memberikan pertahanan diri dari virus corona adalah diri sendiri. Sebab menurutnya penyebabran virus bisa melalui berbagai cara, salah satunya melalui lingkungan.

"Enggak ada cara lain kecuali, duduk membersihkan mejanya, cuci tangannya berulang-ulang kali. itu saja sebenarnya sudah mengurangi infeksi penyakit tersebut," katanya.

Sebelumnya, Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) mengaku, hingga saat ini belum ada teknologi yang akurat mendeteksi penularan virus novel corona (COVID-19) pada tubuh orang yang menjalin kontak dengan penderita virus itu. Bahkan pemindai panas tubuh (thermal scanner) tidak selamanya akurat mendeteksi virus tersebut.

"Belum ada teknologi itu (mendeteksi virus orang yang jalin kontak dengan pengidap COVID-19)," ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Moh Adib Khumaidi saat ditemui usai mengisi update Corona di Indonesia dan Dampaknya terhadap Berbagai Sektor, di Jakarta, Sabtu (29/2).

Bahkan, pria yang juga sekretaris jenderal Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjelaskan, thermal scanner sebenarnya hanya untuk mendeteksi panas tubuh. Alat itu tak selamanya akurat mendeteksi virus. Sebab, ia melanjutkan gejala terinfeksi virus tersebut salah satunya badan panas dan kalau menderita panas biasa juga bisa terpantau alat tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement