Rabu 04 Mar 2020 14:58 WIB

Harga Masker di Kimia Farma Rp 2.000 per Lembar

Menteri BUMN Erick Thohir meminta Kimia Farma tidak menaikkan harga masker.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo di Apotek Kimia Farma di Menteng, Jakarta, Rabu (4/3).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Menteri BUMN Erick Thohir dan Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo di Apotek Kimia Farma di Menteng, Jakarta, Rabu (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meninjau Apotek Kimia Farma, Menteng, Jakarta, Rabu (4/3). Erick memastikan persediaan alat kesehatan seperti masker dan gel antiseptik masih cukup untuk kebutuhan masyarakat. Erick menyampaikan Kimia Farma sudah melakukan antisipasi penyebaran virus Korona di 1.300 apotek dengan 600 klinik sejak 10 Januari lalu. Kata Erick, Kimia Farma telah menyediakan Coronavirus corner untuk deteksi dini.

"Barusan saya juga sudah cek masker dan antiseptik, semua ada," ujar Erick.

Baca Juga

Erick meminta Kimia Farma tidak menaikan harga masker dalam kondisi di mana masyarakat memerlukan masker. Kimia Farma juga mulai membatasi pembelian masker dengan ketentuan satu orang hanya dapat membeli dua masker dengan harga Rp 2.000 untuk satu masker.

"Harga juga kita pastikan tidak ada harga-harga ketika masyarakat susah, Kimia Farma menaikkan harga, itulah fungsinya BUMN hadir untuk rakyat sesuai dengan visinya presiden. Kimia Farma dengan 1.300 outletnya, kita pastikan tersedia dan hadir buat masyarakat dan harganya tidak di-mark up-mark up," ucap Erick. 

Erick menjelaskan bahan baku dari masker selama ini berasal dari China. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat China juga sedang berjibaku menghadapi corona. Erick mendorong BUMN mencari alternatif bahan baku masker dari Eropa apabila stok bahan baku masker dari Cina sudah habis. Konsekuensinya, kata Eropa, harga masker yang dijual relatif lebih mahal mengingat biaya bahan baku masker dari Eropa lebih mahal dibandingkan dari China.

"Jangan digosipkan ketika nanti stok yang tadi bahannya dari China habis, lalu tiba-tiba harganya naik, dibilang Kimia Farma mengambil kesempatan dalam kesempitan, karena bahan bakunya beda, yang dari China dan Eropa," kata Erick. 

Erick menilai pentingnya upaya Kementerian BUMN mendorong konsolidasi BUMN-BUMN yang bergerak di bidang kesehatan, pangan, dan energi, dalam menghadapi kondisi seperti ini. "Kita harus memastikan ke depan ada yang namanya energi security, food security, dan hari ini terbukti yang namanya health security penting," ucap Erick. 

Erick menyebut ketahanan kesehatan sangat vital bagi negara lantaran tak hanya berdampak dari sisi kesehatan, melainkan juga pada aspek ekonomi. "Masyarakat tidak perlu panik, ini alat barangnya tersedia bahkan Kimia Farma punya obat tadi, bukan menyembuhkan, tapi menaikkan imunitas," lanjut Erick. 

Tak hanya Kimia Farma dan Bulog, Erick mengaku akan meninjau kesiapan BUMN lain seperti Angkasa Pura hingga Pelindo dalam menghadapi corona.

Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan jumlah stok masker yang ada di Kimia Farma saat ini mencapai 215 pcs. Verdi menyampaikan Kimia Farma saat ini juga tengah memesan bahan baku untuk 7,2 juta masker dari China.

"Untuk yang masker kain, kita pastikan bahwa kita rilis harga Rp 2.000 per lembar se-Indonesia," kata Verdi. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement