REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Ali Mansur, Dessy Suciati Saputri, Antara
Virus corona jenis baru atau Covid-19 sudah sampai di Indonesia, ditandai dengan ditemukannya dua kasus pertama positif corona yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (2/3). Kedua pasien yang tinggal di Depok, Jawa Barat, kini dirawat secara intensif di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
Pihak RSPI Sulianti Saroso menyebut dua pasien positif corona dalam kondisi baik. Kendati demikian, mereka masih diisolasi di RS tersebut.
"Kalau berdasarkan rilis kemarin siang, kondisi pasien masih tetap bagus. Jumlah pasien juga masih belum berubah yaitu dua orang," ujar Humas RSPI Sulianti Saroso, Wiwik Hukmit saat dihubungi Republika, Rabu (4/3).
Hingga Rabu, jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di ruang isolasi RSPI Sulianti Saroso mencapai tujuh orang. Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, menyebut, tiga dari pasien memiliki riwayat kontak dengan dua orang pasien yang telah dikonfirmasi positif terjangkit virus corona, sementara empat orang lainnya memiliki riwayat mengunjungi area yang diduga menjadi lokasi infeksi virus tersebut.
“Kondisi (keseluruhan) bagus, tetapi ada yang demam dengan batuk-batuk dan ada juga yang sakit menelan,” kata Syahril.
Spesimen dari seluruh pasien dalam pengawasan itu telah diambil dan pihak rumah sakit menunggu hasil tes laboratorium yang diperkirakan akan ke luar besok.
“Nanti akan diumumkan,” kata Syahril lagi.
Jumlah total pasien terkait virus corona yang dirawat di RSPI Sulianti Saroso hingga kini mencapai sembilan orang Syahril mengatakan kondisi kedua pasien positif Corona berangsur membaik. Masa perawatan dan pengawasan kedua pasien tersebut akan memasuki hari kelima pada Kamis esok. Syahril mengatakan, akan kembali dilakukan tes laboratorium untuk mengetahui apakah keduanya masih positif terinfeksi virus corona atau negatif.
Apabila hasil tes laboratorium menunjukkan negatif adanya virus corona dalam tubuh kedua pasien, maka pihak RSPI Sulianti Saroso akan tetap melakukan perawatan selama lima hari, untuk nantinya dilakukan tes ulang guna memastikan pasien telah benar-benar sembuh dari COVID-19.
“Sampai sekarang yang dua ini semakin membaik. Demam sudah tidak ada, batuk juga berkurang jauh dan mereka bisa berkomunikasi dengan baik,” katanya.
Jangan panik
Ketua Satgas Kesiapsiagaan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban meminta agar masyarakat tidak panik dalam menghadapi wabah virus corona. Apalagi, hingga sampai saat ini sebagian besar pasien yang pernah mengidap corona telah sembuh, meski memang sampai dengan saat ini belum ditemukan obatnya.
"Memang tidak ada obatnya, tapi sebagian besar sembuh sendiri. Sekarang ini yang sudah lebih dari 50 ribu (pasien di seluruh dunia), lebih dari 50 persen sudah dipulangkan ke rumah masing-masing dan yang penting mereka sudah sehat banget," ujar Zubairi saat dihubungi Republika.id, Rabu (4/3).
Zubairi melanjutkan, sebanyak 82 persen mereka hanya terkena sakit ringan. Kemudian, sebanyak 18 persen memang sakit berat sehingga harus dirawat di ICU. Maka dengan demikian, ia menegaskan bahwa angka kesembuhan dari virus corona cukup tinggi. Walaupun ada yang meninggal sebesar 3,4 persen.
"Contohnya itu seperti demam berdarah itu kan bisa saja meninggal dan obatnya tidak ada, hanya infus saja cairan, tidak diberi antibiotik tapi sebagian besar lebih 90 persen sembuh," jelas Zubairi.
Untuk gejala terkena virus corona, Zubairi membagi tiga kelompok. Pertama gejalanya harus panas, kemudian batuk, bersin, pilek dan terasa sesak. Kedua, pasien pernah bepergian ke Wuhan, China atau ke negara-negara inpeksi yang banyak. Baik ke. Iran, Italia, atau Singapura atau pernah kontak dengan pasien.
"Jadi pasien itu bisa kita hindari tapi juga kalau ketemunya di tempat pesta kita tidak menyadari," tutur Zubairi.
Maka dengan demikian, jika seseorang terasa panas, batuk sesak perlu dironsen. Kemudian jika dironsen ditemukan radang paru-paru, secara sigap dokter mewancarai lebih rinci terkait riwayat pasien dalam beberapa hari terakhir.
"Kalau dokternya curiga, ya harus diisolasi baru diperiksa. Cairan yang ada di swab tenggorakan dan hidung untuk melihat apakah tertular covid atau tidak," terang Zubairi.
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Rita Rogayah menjelaskan perbedaan pasien Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait wabah corona (Covid-19). RS Persahabatan merupakan salah satu rumah sakit rujukan pasien corona di Jakarta.
"Kita tidak menggunakan istilah suspect, melainkan dengan istilah ODP atau PDP sebab lebih spesifik," katanya di Jakarta, Rabu.
Rita menjelaskan, sejak dua warga Indonesia dinyatakan positif terjangkit corona, timbul kepanikan di tengah masyarakat. Sejak Senin (2/4), kata Rita, RSUP Persahabatan telah menerima total 31 pasien, terdiri atas kategori PDP sepuluh orang dan 21 ODP.
"Yang paling membedakan antara ODP dan PDP adalah kontak fisik dengan penderita corona atau yang bersangkutan memiliki history perjalanan ke sejumlah negara terjangkit corona," katanya.
ODP dikriteriakan sesuai gejalanya, seperti demam, batuk, sesak napas, sakit tenggorokan. Atau dari hasil observasi ada saluran napas bawah yang terganggu serta terjadi kontak erat dengan penderita positif atau dari yang terjangkit. Sementara ODP, kata Rita, biasanya memiliki gejala ringan seperti batuk, sakit tenggorokan, demam namun tidak ada kontak erat dengan penderita positif.
"Khusus pasien ODP bisa kita pulangkan, tetapi pasien PDP kita rawat di ruang isolasi Gedung Pinere," katanya.
Pasien PDP saat ini dalam proses observasi melalui proses cek laboratorium yang hasilnya akan dilaporkan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kemenkes RI. "Kami tidak ada kewenangan menetapkan status yang bersangkutan positif corona atau tidak, itu ada di ranah Kementerian Kesehatan atau Presiden Republik Indonesia," katanya.
Empat WNI sembuh
Kabar kesembuhan pasien positif corona juga datang dari empat WNI yang bekerja sebagai kru di kapal Diamond Princess. Dua di antaranya pun akan dipulangkan ke Tanah Air menggunakan pesawat komersial.
Menurut Juru Bicara Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, biaya pemulangan kedua WNI tersebut ditanggung oleh perusahaan tempat mereka bekerja. "Enggak, perusahaan. Dari kapalnya itu. Yang ngongkosi kan," ujar Yuri di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Rabu (4/3).
Yuri mengatakan, setelah tiba di Indonesia, keduanya juga masih harus menjalani observasi. Sementara itu, dua pasien kasus corona yang dirawat di RSPI Sulianto Saroso kini kondisinya semakin membaik. Namun, keduanya masih perlu menjalani proses pemeriksaan kembali untuk memastikan masih ada atau tidaknya virus corona.
Sebelumnya, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menyebut dua WNI yang merupakan anak buah kapal (ABK) Diamond Princess dinyatakan sudah sembuh dari COVID-19. Mereka akan dipulangkan ke Tanah Air menggunakan pesawat komersial.
"Mereka akan pulang dengan pesawat komersial," kata Anung dikutip dari siaran resmi KSP, Rabu (4/3).
Setibanya di Indonesia, keduanya nanti akan menjalani karantina dan observasi di Badan Pelatihan Kesehatan Cikarang. "Tapi akan kami lakukan karantina di Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Cikarang,” kata Anung.