REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di antara kenikmatan terbesar yang diberikan Allah kepada manusia adalah kebahagiaan, ketenteraman, dan ketenangan hati. Bahkan, bagi kebanyakan orang, kebahagiaan dipercaya merupakan seni yang dapat dipelajari.
Dalam buku La Tahzan karya Prof Aidh al-Qarni disebutkan, siapa pun yang mengetahui cara memperoleh, merasakan, dan menikmati kegembiraan maka ia akan dapat memanfaatkan berbagai kenikmatan dan kemudahan hidup. Adapun modal utama untuk meraih kebahagiaan adalah kekuatan atau kemampuan diri untuk menanggung beban kehidupan.
Dijelaskan bahwa hati yang lemah tekad, rendah semangat, dan selalu gelisah tak ubahnya dengan gerbong kereta yang mengangkut kepedihan, kecemasan, dan kekhawatiran. Oleh sebab itu, barang siapa yang membiasakan jiwanya bersabar dan tahan terhadap segala benturan, niscaya goncangan apa pun dan tekanan mana pun dalam hidupnya akan terasa ringan.
Di sisi lain disebutkan, di antara musuh utama kegembiraan adalah wawasan yang sempit, pandangan yang picik, dan sikap egois. Karena itulah, Allah SWT melukiskan musuh-musuh-Nya dalam Alquran surah Ali Imran penggalan ayat 154 yang berbunyi: “Qad ahamamtum anfusuhum yazunun.” Yang artinya: “Mereka dicemaskan oleh diri mereka sendiri.”