REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penjualan temulawak dan jahe merah di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, meningkat signifikan dalam kurun waktu tiga hari terakhir setelah dua pasien positif corona (Covid-19) diumumkan kepada publik. Sejumlah pedagang di Pasar Masyestik saat ditemui Kamis (5/30), mengatakan penjualan mulai meningkat sejak Senin (3/3) sore.
"Pokok Senin sore itu saya ingat banget, saya udah mau tutup tapi masih aja ada yang datang nyari jahe merah sama temulawak," kata Giarti (56) pedagang hortikultura di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan.
Menurut Giarti, pembeli kebanyakan masyarakat umum. Mereka membeli dalam jumlah wajar, yakni 1/4 hingga satu kilogram (kg).
"Tapi yang beli banyak, bukan hanya pelanggan tapi pembeli baru," kata Giarti yang sudah 20 tahun berjualan di Pasar Mayestik.
Dampak dari meningkatnya permintaan jahe dan sejenisnya, sejumlah pedagang lalu menambah jumlah pasokan untuk memenuhi ketersediaan. Menurut Wicaksono (40) pedagang lainnya, biasanya pedagang menyetokdua hingga tiga kg jahe atau sereh, kini ditambah menjadi lima kg.
Pedagang ada yang membeli dari suplair petani langsung ada juga yang belanja secara mandiri di Pasar Kebayoran. "Ya otomatis, karena permintaan banyak stok kita tambah, paling biasanya 2-3 kg, sekarang nambah jadi 5 kg," kata Wicaksono yang sudah berjualan sejak tahun 1993.
Sejumlah pedagang mengaku pembelian jahe, sereh, kunyit dan temulawak meningkat selama tiga hari terakhir, sejak berita mengatakan jamu-jamuan bisa menangkal virus corona (Covid-19). "Kan ada yang siaran di televisi tuh, katanya minum jamu bisa bantu tangkal corona, sejak itu banyak yang beli," kata Lani (62) pedagang lainnya.
Menurut Lani, di antara rempah-rempah yang tersedia, jahe merah dan temulawak yang paling banyak dicari pembeli. Hal itu menyebabkan pasokan terbatas hingga harga jual menjadi meningkat sejak berita corona menyebar.
"Sekarang jahe merah ada tapi sedikit pasokannya, harganya juga lumayan tinggi Rp100 ribu per kg," kata Lani.