Jumat 06 Mar 2020 07:34 WIB

Korsel Perluas Zona Perawatan Khusus Pasien Corona 

Korea Selatan terus berupaya mewaspadai virus corona.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Korea Selatan terus berupaya mewaspadai virus corona.Upaya pencegahan wabah virus corona di Korea Selatan
Foto: VOA
Korea Selatan terus berupaya mewaspadai virus corona.Upaya pencegahan wabah virus corona di Korea Selatan

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Korea Selatan (Korsel) menambah wilayah penetapan zona perawatan khusus corona pada Kamis (5/3). Kota Gyeongsan menjadi wilayah ketiga yang mendapatkan status tersebut setelah Daegu dan Cheongdo.

Kota Gyeongsanyang berada di 250 km di tenggara Seoul dengan penduduk 275 ribu jiwa. Melalui penetapan baru pemerintah ini membuat tempat ini akan mendapatkan bantuan lebih dari pemerintah pusat, termasuk pasokan masker.

Baca Juga

Gyeongsan telah mendapatkan lonjakan kasus dalam beberapa hari terakhir. Banyak dari mereka terkait dengan kelompok Kristen di pusat wabah Korsel, Daengu. menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), sekitar 75 persen dari semua kasus di Korsel berada di dan sekitar Daegu.

"Setiap hari sedih dan sulit seperti perang. Tetapi warga Daegu kami menunjukkan kebijaksanaan dan keberanian yang mengejutkan," kata Wali Kota Daegu Kwon Young-jin.

Pejabat kota menyatakan, sekitar 2.120 pasien sedang menunggu mendapatkan tempat tidur rumah sakit di Daegu. Sedangkan Kementerian Kesehatan menyatakan, lusinan perawat militer yang baru ditugaskan akan mulai bekerja di kota itu pada Kamis.

Pemerintah Korsel  mengatakan negara itu melarang ekspor masker dan akan meningkatkan produksi. Untuk menjaga stok di pasar dan membatasi penimbunan, pemerintah juga akan menjatah untuk membatasi pembelian perorangan hingga dua pekan kedepan.

Keputusan ini diambil ketika orang-orang berbondong-bondong ke supermarket, apotek, dan distributor daring untuk memborong masker dan persediaan lain. Sedangkan ratusan orang mengantre di beberapa toko setiap pagi untuk mendapatkan perlengkapan pencegahan tersebut.

Wakil Direktur KCDC, Kwon Jun-wook, menyarankan semua warga Korsel untuk tinggal di rumah dan menghindari pertemuan apa pun.  Terlebih lagi, masyarakat harus menghindari pertemuan yang berlangsung di tempat tertutup dengan banyak orang seperti acara keagamaan.

Jun-wook juga menyarankan perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Samsung Electronics Co Ltd, untuk memungkinkan staf dapat bekerja dari rumah. Upaya ini sangat membantu untuk menekan penyebaran antara manusia.

Selain itu, militer Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi dua kasus baru di antara anggota pasukannya di Korsel. Pasukan AS Korea (USFK) melaporkan dua kasus baru ini menambah kasus menjadi enam di antara tentara, karyawan, atau orang yang terkait. Saat ini ada sekitar 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korsel.

Terlepas dari kasus-kasus baru, menurut surat kabar militer Stars and Stripes, USFK telah melanjutkan pengiriman pasukan ke pangkalan-pangkalan di Daegu dan sekitarnya. Komandan militer percaya pangkalan terlindungi dari populasi luar dan rotasi pasukan diperlukan untuk menjaga kesiapan dalam menghadapi ancaman dari Korea Utara yang bersenjata nuklir.

Meski tetap mempertahankan pasukan militer di Korsel, AS telah mengumumkan memberi penahanan perjalanan bagi wisatawan dari negara tersebut. Para pejabat Korsel bertemu dengan Duta Besar AS di Seoul untuk mendesak agar tidak membatasi perjalanan. Pembicaraan serupa akan dilanjutkan  dengan diplomat dari negara lain pada Jumat (6/3).

Menurut Departemen Luar Negeri AS, siapa pun yang demam di atas 38 Celcius sudah dilarang naik penerbangan langsung dari Korsel ke AS.  Korean Air Lines mengatakan akan menyaring semua penumpang yang berangkat untuk suhu tinggi dan menolak mereka yang dianggap berisiko.

Di samping AS, beberapa negara lain yang juga memberlakukan pembatasan perjalanan bagi Korsel adalah Australia.  Negara ini masuk dalam 100 negara yang menetapkan hal serupa.

"Ini adalah langkah yang sangat disesalkan, dan kami akan berkonsultasi dengan pihak berwenang Australia untuk pencabutan langkah cepat dan untuk meminimalkan ketidaknyamanan bagi warga negara kami," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Kim In-chul.

KCDC melaporkan 760 kasus baru virus korona dengan total 6.088 per Kamis. Terdapat lima kematian lagi akibat virus itu, sehingga total menjadi 37 orang. Virus ini muncul di China akhir tahun lalu dan telah menginfeksi lebih dari 95.300 orang dan membunuh hampir 3.300 di seluruh dunia, sebagian besar di Cina.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement