REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penundaan selama satu atau dua tahun adalah opsi paling mungkin seandainya Olimpiade Tokyo tak bisa digelar musim panas ini karena wabah global virus corona, kata seorang anggota eksekutif komite penyelenggara kepada Reuters. Haruyuki Takahashi, salah seorang dari dua puluhan anggota dewan eksekutif Olimpiade Tokyo 2020, mengungkapkan lembaganya baru mencermati skenario-skenario mengenai bagaimana virus itu mempengaruhi Olimpiade.
Takahashi sebelumnya berkata di Wall Street Journal bahwa dewan ini tidak membahas dampak virus corona setelah terakhir bertemu Desember sebelum epidemi itu menyebar.
Panitia penyelenggara berusaha menekankan pesan yang konsisten bahwa Olimpiade tidak akan dibatalkan atau ditunda. Namun sponsor yang sudah menggelontorkan miliaran dolar itu kian khawatir wabah virus corona akan mempengaruhi event itu.
Takahashi berkata kepada Reuters bahwa kerugian finansial akibat pembatalan atau menggelar Olimpiade tanpa penonton akan terlalu besar. Sebaliknya penundaan selama satu tahun akan bentrok dengan jadwal olah raga profesional besar lainnya, meskipun peluang ini paling mungkin terlaksana.
"Kami harus mulai menyiapkan kemungkinan apa pun. Seandainya Olimpiade tidak bisa digelar musim panas nanti, maka penundaan selama satu atau dua tahun akan sangat fisibel," kata Takahashi seperti dikutip Reuters, Rabu (11/3).
Para pakar menilai penundaan satu tahun akan menjadi masalah logistik besar bagi televisi karena akan mengganggu jadwal terbuka musim panasnya nanti.
Virus corona baru itu sudah menginfeksi lebih dari 116 ribu orang dan membunuh sekitar 4.000 orang di seluruh dunia sejak merebak di China tahun lalu. Jepang sudah melaporkan hampir 1.300 kasus, termasuk 700 dari sebuah kapal pesiar yang dikarantina dekat Tokyo bulan lalu.
Pada Selasa (10/3), Jepang menghadapi jumlah terinfeksi terbesar dalam satu hari sebanyak 59 kasus, kata stasiun televisi NHK.
Akibat kabar-kabar terbaru itu, spekulasi pun berseliweran bahwa Olimpiade Tokyo 2020 yang sedianya dibuka pada 24 Juli bisa batal, tertunda atau diadakan tanpa penonton, seperti kebanyakan event kualifikasi pra-Olimpiade.