Rabu 11 Mar 2020 21:40 WIB

Kasus DBD di DKI Diprediksi Terus Bertambah Hingga April

Kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta hingga kini 583 kasus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Fakhruddin
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.(ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Aktivitas pengasapan (fogging) mencegah jentik nyamuk penyebab demam berdarah dan chikungunya.(ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis kasus demam berdarah dengue (DBD) di DKI Jakarta sebanyak 583 kasus selama periode 1 Januari 2020 hingga 11 Maret 2020. Kasus DBD di ibu kota Indonesia diperkirakan akan terus bertambah hingga April 2020.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengakui DKI Jakarta memang langganan mengalami DBD. "Tetapi terjadinya kasus DBD di provinsi ini selalu terlambat. Kalau melihat tren 2019, provinsi-provinsi lain sudah mengalami puncak kasus DBD terlebih dahulu, kemudian DKI Jakarta baru alami DBD, yaitu pada Maret hingga April," ujarnya saat temu media mengenai update DBD, di Kemenkes, di Jakarta, Rabu (11/3).

Ia menyebutkan kasus DBD di Provinsi DKI Jakarta hingga kini 583 kasus. Kendati demikian, ia menyebutkan kasus DBD di Jakarta termasuk sepuluh besar provinsi dengan kasus tertinggi. Ia memperinci 10 provinsi yang mengalami kasus DBD terbanyak yaitu 3.423 kasus di Lampung, Nusa Tenggara Timur (NTT) 2.711 kasus, Jawa Timur 1.761 kasus, Jawa Barat 1.420 kasus, Jambi 703 kasus, Jawa Tengah 648 kasus, Riau 602 kasus, Sumatra Selatan 593 kasus, DKI Jakarta 583, dan Nusa Tenggara Barat 558 kasus. Padahal, dia melanjutkan, DKI Jakarta memiliki program pengendalian DBD yang lebih baik. 

"DKI Jakarta memiliki analisa kerja sama early warning dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menilai kasus DBD. Karena kita tahu salah satu faktor yang mempengaruhi (DBD) adalah iklim dan cuaca dan itu bisa diprediksi," ujarnya. 

Dengan kerja sama tersebut, pemerintah daerah bisa menilai kecamatan mana saja yang berpotensi terjadi peningkatan DBD. "Kemudian ada intervensi pengendalian sarang nyamuk," katanya.

Sevelumnya Nadia menyebutkan mulai 1 Januari 2020 hingga pekan ke-11 tahun ini atau 11 Maret 2020, kasus dan kematian akibat DBD terus terjadi.

"Total kematian 104 jiwa dan total kasus 17.781," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (10/3).

Untuk menangani kasus DBD, Nadia mengaku pihaknya telah menerapkan mesin fogging, raket nyamuk, insektisida, larvasida, dan repellent nyamuk. Selain itu, ia menambahkan, pihaknya melakukan pendampingan dan evaluasi fogging. Tak hanya itu, ia menyebutkan survei dan pengendalian vektor juga telah dilakukan.  Kemudian ia menambahkan, Kemenkes juga memantau kasus dan menganalisa data di posko DBD.

"Khusus Kabupaten Sikka juga ada penambahan tenaga kesehatan, baik dari kabupaten lain atau dari TNI dan tentunya TNI yang ada di Kabupaten Sikka," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement