Jumat 13 Mar 2020 10:10 WIB

Bahaya Buka Kaca Jendela Saat Mengendarai Mobil

Jendela yang terbuka mempengaruhi aerodinamika dan stabilitas kendaraan.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Dwi Murdaningsih
Mengendarai mobil. (ilustrasi).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Mengendarai mobil. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasubdit SIM Ditregident Korlantas POLRI, Kombes Pol Singgamata mengatakan, pada 2018, kecelakaan lalu lintas telah menyebabkan korban meninggal sekitar 29 ribu orang dan pada 2019 sekitar 25 ribu orang. Artinya, dalam sehari, rata-rata terdapat 70 orang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Dalam satu jam, ada tiga orang yang meninggal.

Ia menilai, salah satu kunci dalam keselamatan berkendara adalah pengendara harus mampu mengendalikan emosi, menjaga jarak aman dan memperhatikan kondisi tubuh serta kendaraan.

Selain itu, ia juga mengungkap bahwa sebaiknya pengendara selalu menutup seluruh jendela kendaraan saat melaju dengan kecepatan yang cukup tinggi. Karena ternyata, lanjut dia, kondisi jendela yang terbuka akan mempengaruhi aerodinamika dan stabilitas kendaraan saat tiba-tiba terdapat hembusan angin yang disebabkan oleh laju kendaraan lain atau cuaca.

Hal ini pun diamini oleh konsultan road safety, Eko Reksodipuro. Ia menekankan, dalam kondisi kecepatan di atas 60 kilometer/jam, tentu aerodinamika memiliki peranan penting dalam menjamin keselamatan berkendara.

“Jika jendela terbuka meski sedikit saja, tentu hal ini akan membuat aliran udara masuk kedalam kabin. Hal ini otomatis bisa mengganggu stabilitas kendaraan terutama jika sedang ada hembusan udara yang mendadak dan cukup kencang,” kata Eko, saat diskusi mengenai budaya berkendara ramah lingkungan, Rabu (11/3).

Posisi jendela yang tertutup juga cukup memiliki andil dalam berkendara ramah lingkungan. Sebab, aliran udara yang masuk kedalam kabin saat jendela terbuka juga akan menghambat laju mobil.

Secara teori aerodinamika, ia menilai bahwa laju kendaraan yang terhambat secara terus menerus juga akan membuat kinerja mesin menjadi lebih terbebani sehingga akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak.

“Jika dakumulasikan pasti dampaknya cukup signifikan. Selain itu, semakin banyak bahan bakar yang digunakan maka otomatis hal ini juga meningkatkan polusi secara simultan,” ucapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement