REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif menyatakan, pihaknya akan lebih serius memerangi wabah virus corona atau Covid-19. Oleh sebab itu, pihaknya telah memutuskan untuk meminta pinjaman ke Dana Moneter Internasional (IMF).
"Direktur pelaksana IMF, Kristalina Georgieva menyatakan bahwa negara-negara yang terkena dampak Covid-19 akan didukung melalui instrumen keuangan cepat," ujarnya dalam akun Twitter resminya, Kamis (12/3). Menurutnya, Bank Sentral Iran langsung meminta akses ke fasilitas pendanaan dari IMF.
Dilansir dari Arabnews, Jumat (13/3), wabah virus corona di Iran terus meningkat. Wabah corona di Iran telah menginfeksi 10.075 orang dan menewaskan sekitar 429 orang hingga Kamis (12/3). Wabah corona juga diketahui telah merusak bisnis Iran, bahkan menekan ekspor non-minyak setelah banyak negara tetangga dan mitra dagang menutup perbatasan mereka.
Kepala Bank Sentral Iran, Abdolnaser juga merespons pernyataan IMF dan Menlu Iran dalam sosial medianya. Menurut dia, pihaknya memang telah mengajukan surat pada IMF terkait dana 5 miliar dolar AS.
"Dalam sebuah surat yang ditujukan kepada kepala IMF, saya telah meminta dana 5 miliar dolar AS dari dana darurat RFI untuk membantu perjuangan kita melawan virus corona," ujarnya.
Langkah tersebut dinilai menjadi upaya perbaikan ekonomi Iran, selain dari langkah untuk mengatasi Covid-19. Sebab, ekonomi Iran telah terpukul oleh sanksi AS yang mengekang ekspor minyak dan gas, komoditas yang terpenting bagi pendapatan pemerintah Iran. Bahkan menurut para analis ekonomi, perlambatan kegiatan ekonomi yang disebabkan oleh wabah virus dan penutupan perbatasan yang berkelanjutan, diperkirakan menyebabkan kontraksi di tahun ini.
Pemimpin ulama Iran juga diketahui tengah berjuang melawan krisis corona. Hal tersebut dilakukan, saat Teheran sedang menyalahkan Amerika Serikat dan kebijakan "penekanan maksimalnya" pada Iran untuk merespon virus secara efektif. Merespon hal tersebut, Zarif mengupayakan dengan mengirim surat yang ditujukan pada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Di mana, ia meminta agar sanksi AS dicabut.
Namun demikian, para pejabat AS menyatakan sikap bahwa sanksi itu sama sekali tak menargetkan obat-obatan untuk Iran. Bahkan, menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo pada bulan lalu disebut para pejabat, telah menawarkan bantuan pada Iran untuk menghadapi wabah corona. Namun demikian, Iran menolak tawaran tersebut. Presiden AS Donald Trump menarik Amerika Serikat dari perjanjian nuklir multilateral dengan Iran pada 2018 lalu, dan menerapkan kembali sanksi terhadap Iran.
Sementara itu, beberapa korban terinfeksi corona di Iran diketahui merupakan tokoh penting. Bahkan, menurut informasi, mantan wakil Presiden Iran dan beberapa menteri juga terinfeksi virus corona.
Eshaq Jahangiri yang merupakan wakil Presiden Iran, Menteri Budaya Ali Ashgar beserta Presiden Komite Olimpiade Nasional, Reza Salehi diketahui menjadi yang terdampak virus itu seperti dilansir dari Kantor Berita Turkis, Yeni Safak, Kamis (12/3). Puluhan anggota parlemen lainnya juga terinfeksi virus corona. Bahkan, Wakil Menteri Kesehatan Iran juga terinfeksi virus corona.