Jumat 13 Mar 2020 17:56 WIB

AS Serang Lima Fasilitas Hizbullah di Irak

Pentagon menyatakan AS luncurkan serangan udara di Irak

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Pentagon menyatakan AS luncurkan serangan udara di Irak. Ilustrasi.
Foto: AP
Pentagon menyatakan AS luncurkan serangan udara di Irak. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon menyatakan Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan udara di Irak yang menargetkan para anggota milisi Syiah yang didukung Iran, Kamis (12/3). Serangan itu merupakan balasan atas peluncuran roket yang menewaskan dan melukai pasukan AS dan Inggris di sebuah pangkalan di utara Baghdad.

Pejabat AS mengatakan beberapa serangan oleh jet tempur menghantam lima lokasi, terutama fasilitas senjata Kataib Hizbullah di Irak. Sedangkan Departemen Pertahanan menyatakan serangan itu menargetkan lima fasilitas penyimpanan senjata.

Baca Juga

"Untuk secara signifikan menurunkan kemampuan mereka untuk melakukan serangan di masa depan," ujar pernyataan Departemen Pertahanan AS.

Serangan itu menandai peningkatan ketegangan dengan Teheran dan kelompok-kelompok pendukungnya di Irak. Peristiwa ini hanya dua bulan setelah Iran melakukan serangan rudal balistik besar-besaran terhadap pasukan AS di sebuah pangkalan di Irak.

Pernyataan Pentagon menyebut fasilitas yang terkena serangan digunakan untuk menyimpan senjata yang digunakan untuk menargetkan pasukan AS dan koalisi. Serangan balik ini bersifat defensif, proporsional, dan dalam tanggapan langsung terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok milisi Syiah yang didukung Iran.

Pejabat AS yang meminta anonim kepada AP mengatakan, lokasi serangan sebagian besar di sekitar wilayah Baghdad. Ada dua serangan di Jurf al-Sakher, satu di Karbala, satu di Al-Musayib, dan satu di Arab Nawar Ahmad.

Sebuah pernyataan militer Irak mengatakan agresi udara terjadi pada pukul 01.15 waktu setempat. Serangan terjadi di wilayah Jurf al-Sakher, Al-Musayib, Najaf, dan Alexandria di markas Unit Mobilisasi Populer, resimen darurat dan komando divisi ke-9 dari tentara Irak.

Peluncuran ini terjadi hanya beberapa jam setelah Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengancam akan melakukan pembalasan atas serangan roket pada Rabu (11/3). "Amerika Serikat tidak akan mentolerir serangan terhadap rakyat kami, kepentingan kami, atau sekutu kami," kata Esper.

"Seperti yang telah kami tunjukkan dalam beberapa bulan terakhir, kami akan mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk melindungi pasukan kami di Irak dan kawasan," ujar pemimpin pertahanan AS ini.

Pada Kamis (13/3) pagi, Esper menambahkan Presiden Donald Trump telah memberinya wewenang untuk mengambil tindakan apa pun yang dianggap perlu. AS akan mengambil langkah satu per satu dan meminta pertanggungjawaban pelaku.

"Anda tidak bisa menembak di pangkalan kami dan membunuh dan melukai orang Amerika dan lolos begitu saja," kata Esper.

Di Gedung Putih, Trump juga mengisyaratkan bahwa serangan balasan AS mungkin akan datang. "Kami akan melihat apa jawabannya," ujarnya.

Jenderal Angkatan Darat yang juga ketua Kepala Staf Gabungan, Mark Milley, mengatakan AS tahu dengan tingkat kepastian yang tinggi ketika melancarkan serangan itu. Sedangkan sehari sebelumnya, komandan tertinggi AS untuk Timur Tengah Jenderal Marinir Frank McKenzie mengatakan kepada para senator bahwa kematian tentara AS dan pasukan koalisi menciptakan garis merah bagi AS. Meski begitu, McKenzie melihat Iran tidak memiliki pemahaman yang baik tentang di mana garis merah AS.

Sebanyak dua tentara AS dan satu anggota dinas Inggris tewas, sedangkan 14 personel lainnya cedera karena 18 roket menghantam pangkalan pada Rabu. Militer AS mengatakan roket Katyusha 107 mm ditembakkan dari peluncur truk yang ditemukan oleh pasukan keamanan Irak di dekat pangkalan setelah serangan itu.

AS tidak secara langsung menuduh serangan tersebut dilakukan Kataib Hizbullah. Namun, kelompok ini bertanggung jawab atas serangan roket akhir Desember di pangkalan militer di Kirkuk yang menewaskan seorang kontraktor AS dan dibalas kembali oleh AS.

Peristiwa ini yang akhirnya menewaskan Jenderal Qassem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis pada 3 Januari. Menanggapi pembunuhan Soleimani, Iran meluncurkan serangan rudal balistik besar-besaran pada 8 Januari di pangkalan udara al-Asad di Irak. Serangan ini mengakibatkan cedera otak traumatis pada lebih dari 100 tentara AS.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement