Selasa 17 Mar 2020 22:54 WIB

Amerika Latin Kerahkan Militer untuk Tangkal Corona

Negara-negara Amerika Latin melakukan langkah agresif untuk batasi penyebaran Corona.

Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.(CDC via AP, File)
Foto: CDC via AP, File
Ilustrasi virus corona dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat.(CDC via AP, File)

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Negara-negara di Amerika Latin memperketat pengawasan terhadap penyebaran wabah virus Corona, COVID-19, mulai Senin (16/3). Mereka mengerahkan pasukan militer untuk berjaga di jalan, menutup perbatasan, dan memberlakukan jam malam.

Meskipun pandemi COVID-19 di Amerika Latin belum separah wilayah Asia atau Eropa, pemerintah negara-negara kawasan itu melakukan langkah agresif untuk membatasi penyebaran lebih lanjut virus Corona yang telah membuat sejumlah kota dikunci, jalur transportasi internasional ditutup, dan aktivitas ekonomi terganggu.

Baca Juga

Presiden Peru Martin Vizcarra menyebut bahwa para pemimpin dari Argentina, Chile, Uruguay, Paraguay, Bolivia, Kolumbia, Ekuador, dan Brazil telah melakukan rapat melalui telekonferensi untuk menganalisis situasi dan berkoordinasi menentukan langkah penanganan pandemi.

"Kami telah setuju untuk melakukan upaya bersama," kata Vizcarra, menambahkan bahwa negara-negara Amerika Latin akan melakukan koordinasi soal pasokan kebutuhan medis serta menghitung dampak ekonomi di kawasan.

Di Lima, ibu kota negara Peru, anggota pasukan militer yang mengenakan masker memblokade jalanan utama, sedangkan polisi membatasi pergerakan masyarakat seiring dengan pemberlakuan isolasi sosial oleh pemerintah.

Peru juga menangguhkan hak konstitusional warga negara, seperti melakukan kegiatan berkumpul dan mengemukakan pendapat. Namun menjamin operasional supermarket, apotek, bank, layanan dasar, dan layanan transportasi berjalan normal.

Di Paraguay, negara yang sejauh ini melaporkan delapan kasus infeksi COVID-19, pemerintahnya menerapkan jam malam mulai pukul 20.00 setiap harinya demi membatasi keramaian di ruang publik.

Orang-orang tertentu, misalnya pekerja di tempat vital, jasa pengantaran makanan, atau layanan transportasi, masih bisa bebas bergerak, menurut Menteri Dalam Negeri Paraguay, Euclides Acevedo.

Sementara itu di Kolombia, pemerintah akhirnya bisa memperbaiki relasi dengan Venezuela yang sempat tegang setelah mulai berbagi informasi terkait virus corona.

Presiden Kolombia Ivan Duque telah menginstruksikan penutupan perbatasan maritim, darat, dan sungai mulai 17 Maret hingga 30 Mei, demi mencegah masuknya virus yang menginfeksi saluran pernapasan itu.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro juga melakukan langkah serupa namun lebih ketat, yakni dengan memperluas area karantina masyarakat mulai hari ini, setelah kasus positif corona di wilayahnya berlipat ganda menjadi 33 kasus.

Namun, tidak semua negara Amerika Latin sejalan. Perselisihan diplomatik terjadi ketika presiden El Savador menuduh Meksiko mengizinkan pasien terpapar corona untuk terbang ke San Salvador dari Kota Meksiko, ibu kota masing-masing. Meksiko membantah hal itu.

sumber : Reuters/Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement