REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Khazanah keilmuan dan kealiman ulama-ulama nusantara tidak bisa dipandang sebelah mata. Karena, tidak sedikit ulama nusantara yang produktif menulis kitab, salah satunya adalah ulama asal Tuban yang bernama Syekh Abu Fadhol Senory.
Salah satu santri Hadrastus Syekh KH. Hasyim Asy’ari ini menulis kitab berjudul Al-Kawakibul Lama’ah. Kitab ini sangat penting untuk dipelajari generasi millenial umat Islam di Indonesia. Apalagi, saat ini terdapat upaya-upaya pengaburan ajaran ahlussunnah wal jamaah (Aswaja).
Di tengah maraknya ideologi yang tidak jelas dan mengada-ada, kitab Al-Kawakibul Lama’ah ini bisa menjadi benteng untuk menjaga pemahaman keislaman masyarakat Indonesia yang selama ini banyak menganut paham Aswaja.
Aswaja sendiri merupakan paham keagamaan umat Islam Sunni yang berasal dari kalam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Paham ini mengambil jalan tengah antara kelompok rasional dan ahlul hadits, sehingga menjadi paham yang wasathiyah atau moderat.
Kitab setelah 49 halaman ini dilengkapi dengan terjemahan bahasa Indonesia, sehingga umat Islam yang tidak menguasai bahasa Arab bisa memahaminya dengan mudah. Selain itu, karya orisinal ulama nusantara ini juga bisa dipertanggungjawabkan keilmiahannya.
Namun, sebelum mengenal isi kitab ini lebih lanjut, perlu kiranya untuk mengenal lebih dulu sekilas sosok penulisnya. Nama lengkapnya adalah Syekh Abu Fadhol Senory. Ia lahir pada 1921 Masehi di Desa Sedan, Rembang, Jawa Tengah.
Kiai Fadhol belajar agama kepada ayahnya sendiri, dan sempat belajar pula ke Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy'ari di Tebuireng Jombang. Dari Kiai Hasyim sanad Syekh Fadhol bersambung ke Syaikh Mahfudh al-Termasi, khususnya kajian hadits Bukhari.
Kiai Fadhol dikenal sebagai gurunya para ulama nusantara. Di antara ulama yang pernah menjadi muridnya adalah KH. Maimun Zubair Sarang, KH. Abdullah Faqih Langitan, KH. Dimyati Rois Kendal, dan lain-lain. Selain itu, banyak karya yang telah ditorehkannya, termasuk kitab Al-Kawakibul Lama’ah ini. Syekh Fadhol wafat pada 1991 Masehi dan dimakamkan di Desa Senori, Tuban, Jawa Timur.