REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Malaysia akan mengerahkan angkatan bersenjata bila masyarakat tidak mematuhi kebijakan penutupan (lockdown) yang diterapkan pemerintah. Malaysia menutup seluruh negeri selama dua pekan untuk menahan laju penyebaran virus korona yang dikenal Covid-19.
"Jika tidak ada pilihan, dan persentase kepatuhan masih 60 sampai 70 persen, saya yakin kemungkinan besar tentara akan dikerahkan," kata Menteri Pertahanan Malaysia Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob seperti dilansir dari The Straits Times, Kamis (19/3).
Demi memperlambat penyebaran Covid-19, Malaysia sudah melarang warganya bepergian ke luar negeri. Mereka juga menutup sekolah, toko dan banyak layanan publik hingga 31 Maret.
Perdana Menteri Muhyiddin Yassin meminta masyarakat Malaysia untuk tetap tinggal di rumah. Ia memeringatkan bila lockdown selama dua pekan ini gagal maka pemerintah akan memperpanjang kebijakan tersebut.
Ismail Sabri mengatakan angka kepatuhan masyarakat terhadap kebijakan lockdown hingga Rabu (18/3) kemarin hanya 60 persen. Hal itu memicu pemerintah memblokir jalan untuk meminta pengendara tetap berada di rumah.
Ismail Sabri mengatakan polisi juga akan mengambil tindakan tegas jika masyarakat terus melanggar kebijakan lockdown. Ia menambahkan polisi melacak 4.000 orang yang mengikuti tagblig akbar pada 24 Februari hingga 1 Maret lalu.
Malaysia sudah melaporkan 900 kasus Covid-19. Sebagian besar terhubung dengan tagblig akbar di sebuah masjid di Kuala Lumpur yang dihadiri 16 ribu orang.