Jumat 20 Mar 2020 15:25 WIB
Corona

Presiden Macron Buat Prancis Berubah Karena Corona

Prancis Yang Berubah Karena Corona

Suasana kawasan Menara Eifel di Prancis saat
Foto: google.com
Suasana kawasan Menara Eifel di Prancis saat

Oleh: Dini Kusmana Massabuau, Jurnalis Indonesia di Prancis

Juat ini adalah hari keempat kami menjalani lockdown! Tentu saja semua jadi berubah. Banyak yang harus dipikirkan. Sekolah anak yang tutup entah untuk berapa lama. Usaha suami yang juga terpaksa ikut berhenti hingga memiliki status pengangguran sementara. Dan rasa sedih mendalam bagi saya karena wabah dunia ini tak memungkinkan saya meninggalkan tempat untuk bertemu orang-orang yang saya cintai di Tanah Air.

Sejak Selasa siang lalu, ketika Prancis menutup diri kami yang menerima sms dari pemerintah secara serentak berisi berbagai informasi dan juga peraturan yang harus dipatuhi merasa bagaikan dalam situasi dalam novel perang.  Tidak bisa keluar rumah tanpa surat ijin/otorisasi resmi yang sudah dibuat oleh pemerintah dimana data kami wajib diisi dan kami tanda tangani

Keterangan Foto: Surat ijin keluar kediaman

Dan hanya keperluan yang tertulis dalam surat otorisasi yang saja yang bisa kita lakukan.

Kepanikan sejak Senin siang terasa akibat berita bahwa akan ada lockdown membuat orang seperti kehilangan akal! Berbelanja layaknya akan perang dan takut kelaperan. Himbauan untuk tetap tenang dan pemerintah menjamin soal persediaan pangan sudah tidak lagi dihiraukan. Ditambah dengan video-video di media sosial bagaimana orang kehabisan kebutuhan sehari-hari membuat banyak orang prancis jadi kalap.

Semua takut mati! Takut kelaparan! Hingga lupa pada saat mereka kalap mereka berdesakan padahal itu adalah satu yang harus dihindari agar tidak tertular virus membahayakan ini.

Selasa situasi mulai mereda tapi orang-orang masih belum tenang. Rasa cemas kekurangan makanan dan kebutuhan sehari-hari masih melanda. Hingga Perdana Menteri Prancis berbicara di TV Nasional mulailah banyak orang yang mulai tenang. Himbaun untuk berdiam di rumah mulai ditaati.

  • Keterangan Foto: Toko daging tetap buka dan persediaan tetap ada

Pemerintah akan mengucurkan dana sebesar 45 milyar bagi perusahaan salah satunya termasuk untuk dana pengangguran sementara, pemerintah juga akan memberikan jaminan 300 milyar bagi para perusahaan yang telah memiliki utang di bank. Tagihan listrik, penyewaan tempat usaha dan biaya telephonik juga pemerintah akan meringankan salah satunya dengan cara mengundurkan pembayaran atau cara lainnya.

Beberapa bantuan ini mungkin yang membuat orang mulai tenang meskipun kecemasan tetap ada. Karena secara jujur tidak ada satupun tang tahu kapan musibah ini akan berakhir. Benarkah untuk dua minggu? Melihat negara tetangga Italia yang juga masih mengalami kesulitan dan angka kematian yang terus naik membuat warga Prancis masih diliputi kekhawatiran tingkat tinggi. Namun kesadaran bahwa senjata yang bisa membunuh mereka ini tidak akan berakhir tanpa kesadaran dari setiap diri, bisa terlihat orang-orang menjadi berubah.

  • Keterangan Foto: Seruan Jaga jarak 1 meter dalam membeli di Prancis.

Minggu sebelum diputuskannya lockdown oleh Presiden Macron, masih banyak warga Prrancis yang keluar jalan-jalan menikmati matahari. Pantai penuh, taman-taman ramai dengan orang berjemur, acara kumpul di cafe dan restauran tetap berjalan seolah Corona virus adalah flu biasa.

Kini jangankan berkumpul atau saling bergandengan apalagi cium pipi saat bertemu. Hanya boleh 1 orang yang keluar rumah dari seluruh anggota keluarga dan itupun wajib membawa surat ijin. Dan surat itu setiap harinya harus dibuat sesuai dengan tanggal yang berlaku. Jika melanggar maka akan dikenakan denda hingga 135 euro. Hingga hari ke 3 diberlakukannya sistim isolasi ini kabarnya sudah 4000 orang yang terkena denda di seluruh Prancis!

Keterangan Foto: Jalanan di kota Prancis yang sepi karena pertokoan tutup

Orang Prancis juga menjadi sangat disiplin dan bersabar. Disiplin sudah membudaya di Negara Eropa kebanyakan. Tapi bersabar dengan bertahan lama hanya untuk belanja dengan mematuhi jarak antara setiap orang menjadi pemandangan yang tak pernah terjadi. Mengantri dalam kesunyian buat saya adalah aneh karena orang Prancis terkenal senang ngobrol.

Tentu saja tidak semua orang mematuhi peraturan yang dibuat. Ada saja yang mungkin tidak mengerti atau masih menganggap remeh bahaya dari corona virus ini. Tapi tak banyak. Dan biasanya langsung berkecil hati akibat tatapan dari orang lain yang seolah menghakimi dan bertanya; “tidakkah kamu mengerti arti solidaritas saat ini?”

  • Keterangan Foto: Video antrian orang berbelanja dengan tertib sepanjang 1 Km.

Terus terang saya merasa beruntung hidup di negara maju. Meskipun kekuarangan akan selalu ada. Tapi disinilah saya baru merasakan bagaimana ketika negara melindungi rakyatnya. Ketika pemerintah tanggap dan siap menjamin keselamatan warganya. Seluruh biaya kesehatan yang selama ini terkenal sangat baik di Prancis untuk wabah corona ini pun mereka siap menanggung seluruh biaya kesehatan. Beberapa dana solidaritas juga disiapkan dari pemerintah.

Di Prancis higga kamis malam 19/03/2020, ada 10.995 terinfeksi berdasarkan tes diagnostik PCR. Pasien yang dirawat di rumah sakit terdapat 4.461 pasien, 1.122 dalam keadaan kritis dirawat di rumah sakit namun terdapat 5.500 di rumah atau dikarantina karena terinfeksi namun masih bisa diobati tanpa harus dirawat. Sementara jumlah kematian hingga 19 Maret ini sudah mencapai 372 kematian yang tercatat. “Ada dua kali lipat dari kasus setiap hari, epidemi menyebar di wilayah nasional dan memburuk dengan cepat” dikonfirmasi lagi Kamis 19 Maret Pr Jérome Salomon, direktur jenderal Kesehatan.

Saat ini dua puluh proyek penelitian oleh tim Prancis telah dipilih untuk memerangi epidemi Covid-19. Hal ini diumumkan Frédérique Vidal , Menteri Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Inovasi pada hari Rabu 11 Maret. Kementerian dan solidaritas kesehatan juga telah mengucurkan dana sebesar 8 juta euro untuk membiayai pekerjaan khusus pada coronavirus baru, yang ditambahkan 4,6 juta euro dari Uni Eropa.

Kami sadar Uni Eropa saat ini berusaha keras untuk memerangi pendemi ini. Saya sendiri berusaha untuk berhenti mengeluh. Memang bukan hal yang mudah ketika secara mendadak kehidupan harus berubah. Mendapatkan jadi berkurang bahkan kemungkinan akan menjadi lebih buruk harus kami persiapkan.

Tapi bagi kami yang memiliki anak adalah tugas kami untuk menenangkan mereka. Memberikan semangat kepada mereka. Mempelihatkan kedisiplinan dari yang selama ini lalai kami lakukan seperti kebanyakan orang tua. Pendidikan anak saat ini berada ditangan para orang tua masing-masing. Dan itu merupakan tantangan besar bagi kami.

  • Keterangan Foto: Sekolah di rumah

Sifat kebanyakan orang prancis yang terkenal senang berkeluh kesah mulai menghilang. Demo yang jadi tradisi mereka untuk hal sekecil apapun lenyap! Bahkan protes ketika adanya himbauan untuk tidak melayatpun bisa mereka terima dengan lapang dada.

  • Keterangan Foto: Taman kota ditutup

Penutupan tempat publik tak lagi jadi masalah. Pertokoan gelap terkunci, tergembok dan warga Prancis lapang dada tak usah lagi berbelanja. Negara yang terkenal sebagai negara fashion saat ini lebih mementingkan bagaimana bisa bertahan ditengah badai yang tak terlihat secara kasat mata.

Malam ini pukul 20:00 jendela-jendela terbuka. Tepuk tangan orang-orang dari jendela sebagai tanda penghargaan kepada para tim medis paramedis dan semua sukarelawan yang menjadi barisan terdepan dalam perang kesehatan ini, menyembuhkan para korban. Perang yang tidak melukai secara jasmaniah karena tidak ada darah menetes namun membunuh secara perlahan. Merekalah yang secara tak berhenti berusaha untuk menyembuhkan setiap jiwa.

Presiden Macronpun menyampaikan penghargaan tertinggi kepada mereka. Rakyat prancis pun kelak akan mengingat ini sebagai kepahlawanan.

Perang di Prancis kali ini memang sunyi senyap. Tidak seperti perang dengan adu kekuatan senjata dahulu. Karena secanggih apapun senjata dan militer yang dimiliki setiap negara ternyata tidak berarti. Kekuatan mahluk ini bisa membuat seluruh dunia serasa lumpuh. Dan saya menyaksikan bagaimana manusia bisa menjadi berubah karenanya.

Semua orang berdoa, berharap agar wabah dunia ini bisa segera berakhir. Agar orang tua bisa kembali melihat cucu mereka. Agar anak-anak bisa kembali ceria bermain dan menempuh kembali pendidikan agar tegur sapa bisa kembali membuat hangat isi hati agar tak ada lagi rasa curiga ketika setiap manusia saling berpapasan dan agar mereka yang percaya kepada Tuhan bisa kembali mendatangi rumah ibadah seperti biasanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement