Jumat 20 Mar 2020 18:22 WIB

Pasar Keuangan Terganggu, Ini Langkah Bijak Pemerintah

Pemerintah mempertimbangkan menerbitkan global bond bahkan pinjaman.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, pesatnya penularan virus corona (Covid-19) ke berbagai negara telah membuat kepanikan di pelaku pasar keuangan global dan pemilik modal.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, pesatnya penularan virus corona (Covid-19) ke berbagai negara telah membuat kepanikan di pelaku pasar keuangan global dan pemilik modal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan, pesatnya penularan virus corona (Covid-19) ke berbagai negara telah membuat kepanikan di pelaku pasar keuangan global dan pemilik modal. Ini yang menjadi penyebab pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Perry mengatakan BI terus berupaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Di antaranya melalui intervensi di pasar spot, intervensi Domestik NDF hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dilepas oleh investor asing.

Baca Juga

"Kami terus melakukan ini di tengah-tengah investor global memang menarik dananya dari seluruh negara, membelikan dollar AS, termasuk dari Indonesia," katanya dalam konferensi pers live streaming, Jumat (20/3).  

Sampai saat ini, Perry mencatat, BI telah membeli SBN dari pasar sekunder senilai Rp 163 triliun. Pembelian SBN yang dilepas oleh investor asing ini diharapkan mampu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, ataupun imbal hasil di SBN.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman menjelaskan, pihaknya mengambil strategi oportunis karena pasar keuangan yang sedang bergejolak dan diliputi ketidakpastian. "Kita ambil kesempatan yang bisa diambil di tengah situasi market sekarang," tuturnya saat konferensi pers kinerja APBN melalui teleconference, Rabu (18/3). 

Luky menilai, saat ini, posisi Indonesia masih cukup kuat mengingat adanya Sisa Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp 136 triliun di awal tahun. Selain itu, dukungan dari pasar domestik sebenarnya masih bagus. Income bid saat lelang masih terbilang kuat sehingga mampu membantu pembiayaan penerbitan surat utang, meskipun terlihat tren penurunan.

Di sisi lain, pemerintah masih terus memperhitungkan kebutuhan dari surat utang global. Apabila memang sudah kondusif, Luky menuturkan, pemerintah baru mempertimbangkan penerbitan sukuk global, Samurai Bonds dan Euro Bonds.

Pemerintah juga sedang mempelajari tawaran pembiayaan dari Asian Development Bank (ADB) dan World Bank yang kini memberikan bantuan multilateral kepada negara-negara untuk mengantisipasi Covid-19. "Ada beberapa skema yang sedang kita dikerjakan prosesnya dan besarannya," ucap Luky.

Dalam kondisi terburuk, pemerintah melalui Komite Sistem Stabilitas Keuangan (KSSK) memiliki Crisis Manajemen Protokol (CMP) yang sudah mencakup skema langkah penanganan. Luky menambahkan, ada juga skema Bond Stabilization Framework untuk pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang bisa menjadi ‘payung’ di saat keadaan semakin buruk.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement