REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) melaporkan Korea Utara (Korut) menembakan dua proyektil yang diduga merupakan rudal balistik jarak pendek. Korsel menyebut aksi itu 'sangat tidak pantas' karena dunia sedang mengalami pandemi virus korona yang dikenal Covid-19.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel curiga rudal itu ditembakan sekitar pukul 06.45-06.50 waktu setempat ke lepas pantai timur Semenanjung Korea di sekitar Souchon, Provinsi Pyongan Utara. Sonchon berada di atas Pyongyang, sudut barat daya Semenanjung Korea.
"Aksi militer yang dilakukan Korut sangat amat tidak pantas di saat Covid 19 menyebabkan kesulitan di seluruh dunia," kata JCS Korsel seperti dikutip dari Reuters Sabtu (21/3).
Korsel meminta Korut segera menghentikan uji coba rudal. Penembakan ini dilakukan satu hari setelah Korut mengkonfirmasi tetap menggelar Majelis Umum Rakyat di Pyongyang. Acara itu mengumumkan 700 anggota parlemen di Korut. Para pengamat mengatakan majelis tersebut sebagai unjuk kekuatan di tengah pandemi Covid-19.
"Jika berlangsung, itu akan menjadi pertunjukan utama (Korut) dalam mengelola situasi virus korona," kata Rachel Minyoung Lee, dari situs pengawas Korut, NK News di Twitter pekan ini.
Korut belum melaporkan satupun kasus Covid-19. Walaupun pada pekan lalu seorang pejabat tinggi militer 'cukup yakin' ada penularan di Korut. Mereka sudah memperketat keamanan di perbatasan. Tapi organisasi kemanusiaan menilai wabah sangat mudah merebak di sana terutama karena buruknya sistem pelayanan kesehatan dan sanksi-sanksi internasional.
"Pyongyang tidak hanya ingin menghindari tanda-tanda kelemahan selama krisis virus korona, mereka ingin rakyatnya percaya Korea Utara berada dalam posisi yang relatif kuat," kata profesor dari Ewha Womans University Leif-Eric Easley.
Easley mengatakan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un dapat meningkatkan kemampuan militer dengan sedikit biaya. Karena setelah ujicoba ini bantuan internasional tampaknya tidak dapat dibatalkan.
Sementara Cina dan Rusia menolak memperketat sanksi. Amerika Serikat dan Korsel juga tengah fokus melakukan negosiasi tentang beban biaya pertahanan dan Covid-19.