Ahad 22 Mar 2020 14:40 WIB

2 Kasus Covid-19 Dilaporkan di Jalur Gaza

Gaza tak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kasus infeksi virus corona jenis baru di Gaza terjadi pada dua warga yang baru kembali dari Pakistan ke Jalur Gaza.Pengungsi hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.(Nabil Mounzer/EPA)
Foto: Nabil Mounzer/EPA
Kasus infeksi virus corona jenis baru di Gaza terjadi pada dua warga yang baru kembali dari Pakistan ke Jalur Gaza.Pengungsi hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.(Nabil Mounzer/EPA)

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan ada dua kasus infeksi virus corona jenis baru (Covid-19) di Jalur Gaza pada Ahad (22/3). Ini menjadi kasus pertama yang didiagnosis di wilayah tersebut.

Menurut laporan, kasus infeksi virus corona jenis baru terjadi pada dua warga yang baru kembali dari Pakistan ke Jalur Gaza. Hal ini menjadi kekhawatiran mengenai kemungkinan covid-19 menyebar lebih lanjut. Sebab, salah satu wilayah Palestina itu sangat padat penduduk dan tak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.

Baca Juga

Fasilitas kesehatan di Jalur Gaza dinilai tidak memadai dan cenderung buruk, terlebih dengan adanya blokade yang dilakukan oleh Pemerintah Israel dan Mesir, serta konflik lintas-perbatasan, dan divisi politik Palestina.

Dilansir The National, hingga saat ini hanya 92 orang di Jalur Gaza yang telah diperiksa covid-19. Hal ini menyoroti kapasitas uji klinis yang sangat terbatas di wilayah itu.

Meski demikian, Gaza yang tertutup dari dunia luar karena pembatasan yang diberlakukan Israel dan Mesir, terlebih setelah Hamas memimpin wilayah itu pada 2007 diyakini menjadi salah satu faktor penyebaran virus belum terjadi.

Dalam dua tahun terakhir, pembatasan perjalanan pada 2 juta penduduk Gaza sempat dilonggarkan. Namun pekan lalu menyusul wabah virus corona penutupan kembali dilakukan.

Kementerian kesehatan Palestina mengatakan dua warga Jalur gaza yang positif Covid-19 saat ini telah berada di ruang isolasi di sebuah rumah sakit di Rafah, kota di selatan Jalur Gaza.

Selain itu, lebih dari 1.270 orang di wilayah otu ditempatkan dalam karantina di rumah sakit, hotel dan sekolah setelah melakukan perjalanan dari Israel dan Mesir. Kementerian Dalam Negeri di Jalur Gaza juga menutup aula pernikahan dan melarang adanya kegiatan pasar jalanan yang biasanya diadakan setiap akhir pekan.

Hingga saat ini belum ada kematian akibat covid-19 dilaporkan di wilayah Palestina. Di Tepi Barat, sebanyak 55 kasus telah didiagnosis dan 17 diantaranya dinyatakan sembuh. Kementerian Kesehatan dalam laporan mengatakan sebagian besar kasus infeksi terjadi di Betlehem.

Virus corona jenis baru yang menyebabkan infeksi penyakit covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Cina pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global dan tercatat 260.000 orang dilaporkan terinfeksi, serta ada lebih dari 11.000 kematian hingga Sabtu (21/3) kemarin.

Angka ini jauh lebih besar dibandingkan wabah SARS pada 2002-2003 yang disebabkan oleh virus serupa secara genetis. Bagi kebanyakan orang, covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk.

Namun, sebagian  lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement