Senin 23 Mar 2020 13:20 WIB

Presiden Mesir: Pemerintah Transparan Pendataan Covid-19

Pemerintah Mesir diisukan menyembunyikan jumlah kasus Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Bendera Mesir
Bendera Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdul Fattah as-Sisi mengatakan, pemerintah menangani pandemi virus corona jenis baru atau Covid-19 dengan transparansi penuh. Pernyataan ini membantah spekulasi yang beredar bahwa pemerintah telah menyembunyikan jumlah kasus Covid-19 yang sebenarnya.

"Kami telah menangani masalah ini dengan transparansi penuh sejak awal. Semua pernyataan Kementerian Kesehatan dan pemerintah mencerminkan realitas yang kita jalani," ujar dia dalam pidato yang disiarkan televisi.

Baca Juga

Kementerian Kesehatan Mesir mencatat 33 kasus baru pada Ahad (22/3). Jumlah tersebut membuat total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi mencapai 327. Selain itu, kementerian juga mengonfirmasi empat kematian sehingga jumlah total kematian menjadi 14. Pada Rabu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta pemerintah di seluruh Timur Tengah lebih terbuka dengan informasi terkait Covid-19.

"Mengapa kami menyembunyikan sesuatu dari Anda? Mereka yang mempertanyakan data resmi ingin membuat orang merasa tidak aman," ujar Presiden Mesir, dilansir Aljazirah.

Dia meminta kepada seluruh warga Mesir untuk tinggal di rumah selama dua pekan. Presiden juga meminta agar para warga dapat bekerja sama mematuhi aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang makin meluas.

"Bantu kami melewati tahap ini dan menghindari skala infeksi yang lebih tinggi. Saya mengatakan ini karena definisi medis dari virus ini adalah penyebarannya yang cepat," katanya.

Dia mengatakan, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar 6,4 miliar dolar AS untuk menghadapi krisis virus corona. Dalam pidatonya, Presiden Mesir mengumumkan sejumlah langkah ekonomi, termasuk mengurangi harga gas alam dan listrik untuk industri. Selain itu, pemerintah juga menunda pembayaran kredit untuk usaha kecil dan menengah.

Pemerintah Mesir telah memberlakukan tindakan keras untuk membatasi interaksi sosial, termasuk menutup sekolah dan perguruan tinggi. Pemerintah juga meminta agar kafe, restoran, klub malam, klub olahraga, dan mal tutup pada pukul 19.00 waktu setempat.

Pada Kamis lalu, Mesir menghentikan lalu lintas udara hingga akhir Maret. Kemudian, pada Sabtu, otoritas keagamaan negara tersebut memerintahkan penutupan semua masjid maupun gereja serta melarang acara keagamaan lainnya selama dua pekan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement