REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ustadz Das’ad Latif, demikian nama juru dakwah itu, mendengar kabar virus corona yang tengah melanda negeri ini. Ia gelisah dengan masih banyaknya masyarakat yang bergumul di tempat keramaian tanpa memperdulikan bahaya corona, baik pada diri sendiri maupun pada orang lain.
Das’ad memaklumi mungkin masyarakat belum mengetahui betul tentang bahaya corona. Karena itu, belum lama ini dia pun mensosialisasikan bahaya corona langsung ke tengah-tengah masyarakat di pasar, pelabuhan, bahkan di tempat hiburan malam.
Di samping itu, dia juga gelisah dengan makhluk yang memperkeruh suasana lewat media sosial tentang virus corona. Apalagi, dua tiga hari belakangan ini banyak paham-paham beredar yang mengajarkan agar tetap pasrah saja pada takdir Allah, walaupun virus corona sedang merajalela.
“Ini makhluk Allah, Corona ini makhluk Allah, hidup dan matinya juga dikendalikan oleh Allah, gak usah takut,” begitulah kata orang yang menyebarkan paham itu.
Orang-orang yang memiliki semangat keagamaan yang tinggi pun langsung mengikuti paham yang seperti itu. Ghiroh keagamaannya tinggi, tapi tidak disertai dengan kajian yang mendalam. “Betul itu makhluk Allah, tapi kita juga wajib berikhtiar,” kata Ustaz Das’ad, mengkonter paham yang seperti itu.
Beberapa waktu lalu, dia pun berjumpa dengan seseorang yang akan mengikuti pertemuan tabligh akbar Kabupaten Gowa. Dia bertemu di sebuah masjid di Makassar dan mengatakan bahwa corona makhluk Allah yang tidak perlu ditakuti.
“Saya bilang, dek kalau ini makhluk Allah, harimau juga makhluk Allah, buaya makhluk Allah, lalu kalau kau tahu ada buaya di sungai kau mau masuk?,” tanya Ustaz Das’ad.
“Saya masuk karena iman saya bilang gitu,” jawab orang itu.
“Itu bukan iman namanya itu bodoh namanya. Kau sudah tahu di dalam sungai ada buaya, itu mati konyol namanya,” tegas Ustaz Das’ad lagi.
“Kalau kau mati konyol, lalu siapa yang akan menyampaikan risalah Islam,” imbuhnya.
Lalu, orang itu terdiam dan berpikir lagi. Akhirnya, dia sadar bahwa penyebaran virus corona ini dalam keadaan darurat, sehingga melaksanakan ibadah di masjid pun sudah sewajarnya dilarang. Untuk sementara, dia pun tidak ingin menyampaikan ceramah di tempat keramaian untuk menyelamatkan umat dari musibah Corona.
“Kita mundur satu langkah supaya kita bisa melompat dua langkah ke depan untuk mensyiarkan agama Islam,” kata orang itu meyakinkan.
Setelah perjalanan virus corona terhenti, dia berjanji akan melanjutkan untuk mensyiarkan agama Islam. Mulai saat itu, ia akan menunjukkan dirinya sebagai seorang penceramah sejati yang akan menyampaikan ajaran Islam walaupun satu ayat.