REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto *)
Jika pengumuman penundaan Olimpiade 2020 Tokyo dimunculkan pada tahun lalu, mungkin akan terjadi kehebohan yang luar biasa di dunia olahraga. Apalagi sepanjang sejarahnya selama 124 tahun, baru kali ini olimpiade ditunda pada tahun berikutnya.
Namun pengumuman penundaan Olimpiade 2020 karena pandemi corona oleh Pemerintah Jepang dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada Selasa (24/3), menjadi hal yang tak lagi mengejutkan. Terkesan lumrah. Ini karena sudah ada event-event olahraga besar lainnya yang memutuskan memundurkan jadwal pada tahun depan atau 2021 lebih dulu. Sebut saja Piala Eropa (Euro) 2020 dan Copa America 2020.
Jepang dan IOC awalnya bersikukuh Olimpiade Tokyo tetap digelar sesuai jadwal yakni pada 24 Juli sampai 9 Agustus 2020. Berulang kali Jepang dan IOC menjamin olimpiade bakal diselenggarakan pada level keamanan dan keselamatan tertinggi sehingga virus corona pun tak bisa menjangkaunya. Namun setelah desekan dari sejumlah pihak, Jepang dan IOC akhirnya menunda Olimpiade Tokyo.
Bagi Jepang, penundaan ini sungguh pukulan telak karena Negeri Matahari Terbut sudah sangat siap menggelar perhelatan yang mungkin akan menjadi gelaran olimpiade paling megah, paling spektakuler, dan monumental. Yang jelas bayangan rugi besar menghantui Jepang yang pernah trauma edisi 1940 event ini yang juga di Tokyo dibatalkan karena Perang Dunia II, sekalipun 24 tahun kemudian Tokyo kembali menjadi tuan rumah.
Desember tahun lalu, panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo menyebut angka 1,35 triliun yen atau sekira Rp 178,12 triliun untuk mempersiapkan olimpiade ini. Tak hanya Jepang yang dalam bayang-bayang rugi besar, mitra-mitra bisnis IOC juga terbanting, antara lain perusahaan-perusahaan asuransi yang harus menanggung 2 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28,47 triliun, termasuk hak siar televisi dan sponsor, ditambah 600 juta dolar AS atau sekitar Rp 8,5 triliun untuk akomodasi.
Jadi, jelas ratusan trilunan rupiah telah dipertaruhkan dan ini sungguh memusingkan rezim Perdana Menteri Shinzo Abe yang sudah menganggap olimpiade ini proyek nasional berspektrum luas dan multidimensional, tak cuma olahraga, sampai-sampai Abe berusaha mati-matian membunuh skenario pembatalan.
Jepang menginginkan Olimpiade 2020 sebagai simbol pemulihan dan titik terbaru bangsa ini guna melesat ke level lebih tinggi lagi. Namun kini, Olimpiade 2020 seakan menjadi bukti terbaru kalahnya umat manusia terhadap virus corona pada tahun ini. Seperti sektor lainnya, dunia olahraga berharap tahun depan kondisi akan jauh lebih baik.
Namun sesungguhnya kondisi ini akan mencuatkan masalah baru. Bayangkan, jadwal olahraga pada 2021 sungguh sangat padat. Ini persoalan pelik bagi IOC dan federasi-federasi olahraga di seluruh dunia.
Dua acara akbar sepak bola, Euro dan Copa America, yang tadi sudah disebutkan, telah dipindahkan ke tahun depan sebelum pengumuman penundaan olimpiade. Kedua kompetisi kontinental itu masing-masing akan dimulai pada 11 Juni dan berakhir pada 11 Juli.
Masih ada Piala Dunia Antarklub 2021 yang berganti format. Pasalnya, FIFA tak lagi menggunakan format tujuh klub, melainkan akan melibatkan 24 klub di seluruh dunia. Artinya, Piala Dunia Antarklub akan menjadi ajang olahraga panjang di tahun 2021.
Kemudian perhelatan Piala Eropa U-21 akan dilangsungkan di Hungaria dan Slovenia selama 13-27 Juni 2021. Kemungkinan jadwal turnamen akan bergeser karena bentrok dengan Euro.
Tahun 2021 akan kian padat dengan kehadiran Piala Eropa Wanita yang akan digelar pada 7 Juli hingga 1 Agustus 2021 di Inggris. Lalu ada pentas sepak bola dunia yang melibatkan bintang-bintang junior yang juga digelar pada 2021 mendatang. Gelaran itu adalah Piala Dunia U-17 di Peru pada Oktober 2021 mendatang.
Di Tanah Air, warga Indonesia tentu saja sudah menunggu-nunggu dihelatnya event akbar dunia yang lumayan bergengsi, yakni Piala Dunia U-20 yang akan digelar Mei-Juni 2021. Bagi Indonesia, penundaan olimpiade dan event olahraga besar lainnya itu bisa membuat Piala Dunia U-20 terancam kurang mendapatkan sorotan dunia.
Acara lainnya di tahun 2021 dengan menampilkan atlet yang terikat olimpiade yang akan terkena dampak penundaan Olimpiade Tokyo, termasuk kejuaraan tinju dunia di New Delhi, India, kejuaraan hoki di Belanda pada Agustus, dan kejuaraan bola basket Eropa pada September.
Tengah tahun depan nanti, turnamen-turnamen besar seperti kejuaraan-kejuaraan dunia renang dan atletik, sudah siap memperumit jadwal. Belum lagi kompetisi-kompetisi olahraga lain yang bisa memperpadat jadwal olahraga. Jangan lupa kompetisi-kompetisi sepak bola di Eropa dan benua lain yang musim ini bisa saja batal atau ditunda sehingga berpotensi mengubah jadwal pada tahun depan.
Siapa pun penyelenggara event olahraga akbar yang bentrok dengan turnamen besar lain menghadapi ancaman tak ringan. Ini karena sama artinya dengan miliaran pasang mata manusia, dan juga sponsor atau iklan, menjadi tidak lagi fokus pada satu kegiatan.
Kemungkinan lain adalah bergesernya sejumlah agenda olahraga yang harus dikorbankan demi event-event yang dianggap lebih besar. Agaknya dampak pandemi corona tahun ini masih akan berlanjut bagi dunia olahraga pada tahun depan.
*) jurnalis republika.co.id