Jumat 27 Mar 2020 10:57 WIB

Warga AS Gotong Royong Buat Masker

AS kini memiliki 65 ribu lebih kasus Covid-19, korban meninggal telah mencapai seribu

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Penumpang berjalan di lorong bandara yang sepi di Will Rogers World Airport, Kota Oklahoma, Amerika Serikat. Sejumlah maskapai terpaksa mengandangkan pesawat mereka karena pembatalan penerbangan internasional akibat wabah corona.
Foto: AP Photo/Sue Ogrocki
Penumpang berjalan di lorong bandara yang sepi di Will Rogers World Airport, Kota Oklahoma, Amerika Serikat. Sejumlah maskapai terpaksa mengandangkan pesawat mereka karena pembatalan penerbangan internasional akibat wabah corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama beberapa hari terakhir, Bill Purdue (57 tahun) meninggalkan pekerjaannya sebagai pelapis anti-air di sebuah basemen di Washington, Amerika Serikat (AS). Dia bergabung dengan teman-temannya memotong kain katun dan menjahitnya menjadi masker.

Purdue ingin membantu pekerjaan para tenaga medis di negaranya dalam menangani pasien virus Corona baru Covid-19. Saat ini rumah sakit, dokter, dan perawat di AS memang sangat membutuhkan pasokan alat pelindung diri, termasuk masker.

Baca Juga

Di tengah pekerjaan menangani pasien Covid-19, mereka meminta bantuan publik dengan mengatakan masker yang dibuat sendiri lebih baik daripada tidak ada sama sekali.

“Apa pun yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, itulah yang ingin saya lakukan,” kata Purdue.

Dia dan temannya Mike Rice secara khusus merespons Deaconess Health System (DHS) di Evansville yang meminta pertolongan publik.

Juru bicara DHS Pam Hight mengatakan sistem rumah sakit menyadari bahwa mereka dapat menghadapi kekurangan alat pelindung diri jika infeksi lokal melonjak seperti di tempat lain. Oleh sebab itu para pejabat DHS memutuskan membuat dan mengunggah video yang meminta bantuan publik, kemudian dibagikan secara masif.

“Kami memiliki orang-orang yang ingin mengirimkannya (masker) kepada kami dari seluruh AS dan kami mulai berkata ‘Tolong, tolong manfaatkan mereka di komunitas Anda’. Itu membuat hati Anda hangat, orang-orang sangat baik,” kata Hight.

Dia mengatakan DHS berharap dapat mengumpulkan ribuan masker pekan ini. Masker akan dihimpun di sebuah lokasi di luar rumah sakit dan dibersihkan terlebih dulu sebelum dibagikan kepada perawat dan dokter. Sebagian di antaranya akan dikirim ke panti jompo dan penampungan tunawisma setempat.

Wendy Byard dari Lapeer, Michigan, turut membuat masker secara sukarela. Hal itu dia lakukan setelah putrinya yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit di pinggiran kota Detroit, hanya mengenakan satu masker sepanjang hari.

“Jika perawat berhenti atau terlalu lelah atau bahkan menjadi sakit, maka kita tidak memiliki garis depan lagi,” kata Byard.

Perancang busana Briana Danyele (24 tahun) meninggalkan Italia bulan lau dan kembali ke rumah ibunya di South Carolina. Dia berinisiatif mengubah ruang tamu menjadi pabrik jahit mini. Sama seperti Purdue dan Byard, Danyele berpartisipasi membuat masker secara sukarela.

Tanpa bantuan tim, Danyele berhasil membuat 200 masker. Dia membagikannya ke perawat dan rumah sakit di Florida, Georgia, Indiana, Illnois. “Jika saya satu orang membuat 200 masker, bayangkan apa yang bisa kita semua lakukan. Sangat menyedihkan bahwa kita pada situasi ini, tapi ini memberi semangat,” ucapnya.

Di Baltimore, hampir 285 relawan membuat pelindung wajah plastik untuk John Hopkins Hospital dan rumah sakit lainnnya. Sementara itu Dartmouth-Hitchcock Medical Center, rumah sakit terbesar di New Hampshire, mempersiapkan peralatan dan kain untuk para sukarelawan menjahit masker wajah.

Sementara Presiden American Society of Anesthesiologists Mary Dale Peterson menolak menerima tawaran sukarelawan untuk membuat masker. Dia diketahui turut menjabat sebagai Chief Operating Officer di Corpus Christi, Texas, sebuah rumah sakit anak.

Peterson mengatakan bahwa industri konstruksi dan manufaktur harus menyumbangkan atau menjual masker bermutu tinggi yang mereka miliki ke rumah sakit. “Ini akan menjadi cara yang sangat, sangat terakhir bagi staf saya mengenakan masker buatan sendiri,” ujarnya.

Pejabat federal telah mengimbau pekerja medis di rumah sakit mengenakan masker bedah ketika merawat pasien yang mungkin terinfeksi Covid-19. Hal itu disampaikan di tengah laporan menipisnya persediaan masker respirator N95.

Pekan lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memperbarui panduannya. Mereka mengatakan rumah sakit yang kehabisan masker bedah harus mempertimbangkan untuk menggunakannya kembali dan mengenakannya sepanjang sif.

Jika rumah sakit benar-benar kehabisan stok, CDC menyarankan mereka menggunakan syal atau bandana sebagai upaya terakhir. Beberapa pejabat kesehatan di sana telah memperingatkan masker kain mungkin tidak seprotektif masker medis.

Sejauh ini AS memiliki lebih dari 65 ribu kasus Covid-19 dengan korban meninggal telah melampaui seribu jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan bahwa Negeri Paman Sam dapat menjadi pusat wabah baru virus Corona.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement