Senin 30 Mar 2020 23:40 WIB

Lima Hari, 70 Ribu Pemudik Tiba di Yogyakarta

Angka 70 ribu berasal dari penghitungan semua moda kendaraan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Antisipasi Virus Korona. Petugas membersihksn fasilitas gerbong di Stasiun Tugu, Yogyakarta, Jumat (6/3). Untuk antisipasi virus korona, PT KAI Daop VI Yogyakarta selain mengukur suhu tubuh juga menyediakan handsanitizer di beberapa titik stasiun. Serta pelayanan kesehatan gratis, seperti pemberian masker juga pemeriksaan dan pemberian obat gratis. Pembersihan stasiun dan gerbong juga menjadi salah satu yang menjadi perhatian petugas.
Foto: Republika/Wihdan
Antisipasi Virus Korona. Petugas membersihksn fasilitas gerbong di Stasiun Tugu, Yogyakarta, Jumat (6/3). Untuk antisipasi virus korona, PT KAI Daop VI Yogyakarta selain mengukur suhu tubuh juga menyediakan handsanitizer di beberapa titik stasiun. Serta pelayanan kesehatan gratis, seperti pemberian masker juga pemeriksaan dan pemberian obat gratis. Pembersihan stasiun dan gerbong juga menjadi salah satu yang menjadi perhatian petugas.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lima hari terakhir, sebanyak  70.875 orang tercatat mudik ke DIY. Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) DIY, Biwara Yuswantana mengatakan angka itu merupakan perhitungan dalam rentang waktu lima hari baik melalui kereta api, pesawat maupun bus.

"Sampai hari ini data yang sudah terkumpul di Dishub ada 70.875 orang," kata dia, Senin (30/3).

Baca Juga

Semua pemudik yang datang itu bermukim di tempat tinggal saudaranya atau orang-orang yang ada di DIY. Dia menilai, pengarusutamaan akses-akses menuju kampung merupakan upaya-upaya pendataan dan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Karenanya, peran kecamatan, kelurahan, padukuhan, desa, dusun, RW dan RT jadi penting.

"Kita juga upayakan agar dilakukan pencegahan penyebaran dari pemudik itu dengan membentuk posko di terminal-terminal yang melibatkan Dishub, TNI, Polri, Dinkes, Satpol PP dan pihak-pihak lain untuk mengawasi," ujar Biwara.

Biwara menuturkan, di sana dilakukan pengecekan suhu tubuh, pendataan dan penyemprotan terhadap kendaraan yang masuk terminal. Mereka tengah meminta pula kepada pemerintah pusat agar ada ketentuan bus-bus yang masuk terminal.

Artinya, menurunkan penumpangnya harus di terminal agar pendataannya lebih mudah dilakukan. Bagi Biwara, kebijakan itu masih terus ditunggu mengingat tidak lama lagi mendekati bulan suci Ramadhan dan libur Lebaran.

"Kalau melihat perkembangan akhir-akhir ini, peak season itu akan terjadi pada masa itu," kata Biwara.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement