Rabu 01 Apr 2020 05:47 WIB

BI Dukung Stimulus Fiskal yang Lebih Besar

Stmulus pada masyarakat atau sektor yang terimbas akan mengurangi beban.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Gita Amanda
Bank Indonesia (BI) mendukung stimulus fiskal yang dikeluarkan lebih besar untuk meringankan beban masyarakat dan industri karena wabah Covid-19.
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia (BI) mendukung stimulus fiskal yang dikeluarkan lebih besar untuk meringankan beban masyarakat dan industri karena wabah Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mendukung stimulus fiskal yang dikeluarkan lebih besar untuk meringankan beban masyarakat dan industri karena wabah Covid-19. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut stimulus termasuk untuk sektor kesehatan dan jaring pengaman ekonomi sosial masyarakat.

"Kita lihat kembali kondisi global yang menurun, kita diskusikan perlunya stumulus fiskal yang lebih besar," katanya, Selasa (31/3).

Perry menyampaikan wabah Covid-19 telah membawa dampak pada masyarakat, industri mulai dari sektor kecil hingga korporasi, dan perbankan. Aktivitas usaha banyak terhambat, termasuk ekspor, impor, dan investasi.

Ini menjadi perhatian pemerintah, BI, OJK, dan LPS untuk mengeluarkan kebijakan yang mengurangi beban ekonomi masyarakat. Stimulus fiskal, termasuk seperti kartu prakerja, keringanan bagi UMKM, dan lainnya akan terus ditingkatkan.

Dengan memberikan stimulus pada masyarakat atau sektor yang terimbas, maka akan mengurangi beban juga pada perbankan. OJK sendiri telah meluncurkan kebijakan relaksasi angsuran perbankan.

"Dari BI kita sudah turunkan suku bunga acuan, memastikan likuiditas di pasar lebih dari cukup, juga terus relaksasi makroprudensial," katanya.

Perry memastikan koordinasi dan sinergi antara pemerintah, OJK, LPS, dan BI sangat erat, intens, dan cepat. Sehingga bisa bersama menakar dampak Covid-19 terhadap kondisi ekonomi dunia usaha.

Ia juga menyatakan, BI akan segera mengeluarkan hitungan proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru dalam waktu dekat. Ini seiring dengan perkembangan terbaru kondisi global. IMF sendiri telah mengindikasikan adanya resesi global.

Perry mengatakan pemerintah dan regulator terus memantau perkembangan global. Ia menyampaikan, apa yang terjadi di pasar internasional pasti akan berdampak ke Indonesia, baik secara langsung maupun tidak.

"Tidak hanya karena rantai pasokan perdagangan global tapi juga mobilitas manusia, investasi, ekspor, impor, membawa dampak menurunnya aktivitas ekonomi kita di dalam negeri," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement