Ilustrasi belanja di supermarket
Cermati.com, Jakarta – Menyebarnya virus corona baru atau Coronavirus disease 2019 (Covid-19) memang menyisakan masalah tersendiri di seluruh lapisan masyarakat. Bukan hanya Indonesia, tapi juga dunia.
Banyak negara menerapkan karantina atau mengunci (lockdown) di sejumlah kota besar guna menghindari penyebaran virus. Banyak sektor mesti dijalankan walau dengan keadaan tidak sama seperti biasanya.
Mau tak mau, roda perekonomian pun jadi tersendat dan butuh upaya ekstra buat tetap melaju. Ekonomi pincang. Tapi hidup harus terus berjalan.
Update Terbaru Kasus Virus Corona
Sejak diumumkan Indonesia mulai terpapar virus corona awal Maret lalu, jumlah kasus positif corona melonjak drastis. Berdasarkan data worldmeters.info, per 2 April 2020 kasus positif Covid-19 di dunia mencapai 983.554 orang dengan jumlah kematian sebanyak 50.300 orang dan 206.290 orang dinyatakan sembuh.
Di Indonesia, dalam sebulan jumlah yang terinfeksi virus corona mencapai 1.790 orang. Dari jumlah tersebut, 112 orang dinyatakan sembuh namun 170 orang meninggal karena virus asal Wuhan, Tiongkok ini.
Belanja Berlebihan
Ilustrasi pandemi virus corona baru (Covid-19) yang belum ada vaksinnya
Mudahnya penularan virus corona memicu banyak orang jadi paranoid alias parno. Wajar saja, siapa pun pasti khawatir kalau-kalau dirinya terinfeksi virus yang belum ada vaksinnya ini.
Akhirnya tak sedikit orang diserang panik hingga timbul aksi belanja berlebihan (panic buying). Akibatnya berbagai kebutuhan bahan pokok yakni makanan dan barang utama lainnya seperti masker, pembersih tangan (hand sanitizer) pun ludes dalam sekejap.
Maklum saja, butuh waktu untuk memindahkan stok yang ada di gudang buat dipajang di toko atau supermarket. Perlu waktu beberapa hari buat memanen hasil pertanian maupun pabrik untuk disalurkan ke distributor hingga pedagang.
Sehingga ketika masyarakat memborong belanjaan dalam waktu bersamaan, wajar saja jika barang-barang itu jadi terbatas. Dalam hukum ekonomi dikenal istilah ketersediaan dan permintaan (supply-demand). Ketika ketersediaan barang terbatas sementara permintaan banyak, maka harga jadi naik.
Nah, yang jadi masalah apabila keterbatasan barang itu tidak hanya sebatas butuh waktu memindahkan stok dari gudang ke toko/supermarket. Tapi dari tingkat produksinya yang berkurang, mengingat dampak penyebaran virus telah membuat berbagai sektor tersendat.
Tak heran bila beberapa kebutuhan bahan makanan jadi lebih mahal. Pemerintah pun sudah mengimbau agar masyarakat berbelanja secukupnya.
Pihak toko/supermarket juga membatasi jumlah maksimal barang kebutuhan pokok yang bisa dibeli. Namun tetap saja perlu kesadaran dari setiap individu untuk lebih bijaksana dalam menghadapi situasi darurat global ini.
Daftar Barang-Barang yang Mulai Langka dan Harganya Naik
Ilustrasi belanja di supermarket
Salah satu penangkal virus adalah menjaga daya tahan tubuh. Tak heran bila bahan makanan sumber vitamin untuk meningkatkan imun tubuh pun banyak dicari.
Tak luput bahan pokok lainnya untuk memenuhi makan sehari-hari jadi serbuan banyak orang. Namun pemerintah sendiri mengaku hingga maupun pasokan/ketersediaan bahan makanan saat ini terkendali.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan (Kemendag), Suhanto, sebagaimana dilansir dari laman resmi Sekretaris Kabinet RI mengungkapkan hingga pekan keempat Maret tahun ini harga dan ketersediaan berbagai kebutuhan pokok relatif stabil.
Berdasarkan pantauan Kemendag pada 24 Maret 2020, harga rata-rata nasional untuk kebutuhan bahan makanan berikut ini harganya relatif stabil:
- Beras
- Minyak goreng
- Tepung terigu
- Kedelai
- Daging sapi
- Telur ayam ras
- Bawang merah
Sedangkan kebutuhan bahan makanan yang turun adalah”
- Daging ayam ras
- Cabai merah keriting
- Cabai merah besar
- Bawang putih
Lalu, barang-barang atau kebutuhan bahan makanan apa saja yang sudah mulai langka atau harganya lebih mahal semenjak virus corona jenis baru ini menjangkit di Indonesia?
Masih berdasarkan pantauan Kemendag, dicatatkan ada dua bahan makanan rata-rata nasional yang mengalami kenaikan di periode akhir Maret ini, yakni:
- Cabai rawit merah (naik 8,45% dibanding bulan sebelumnya, menjadi Rp48.500/kg)
- Gula pasir (naik 23,4% dibanding bulan sebelumnya, menjadi Rp17.781/kg)
Sementara itu, sebagaimana dilansir dari DetikFinance, ada beberapa harga bahan pokok lain di daerah yang sudah naik karena langka, seperti telur dan minyak goreng curah, masing-masing naik Rp5.000. Di pasar tradisional Kota Palopo, Sulawesi Selatan, harga telur naik menjadi Rp75.000 per rak. Minyak goreng curah naik menjadi Rp62.000 per jerigen.
Baca Juga: Mau Hemat dan Untung Belanja ‘Online’ Saat Ramadan? Ini Caranya
Daripada Dibuang, Makan Secukupnya Saja
Ilustrasi membuang makanan sisa
Oleh karena itu, di masa-masa seperti sekarang ini rasanya tak bijak jika terus memelihara kebiasaan membuang makanan yang tak habis di piring. Ingatlah mereka yang mungkin tak seberuntung kamu bisa menikmati makanan enak dan berlimpah saat ini. Ingat pula hari esok kamu masih membutuhkan makanan.
Kamu hanya perlu sejenak membayangkan bila berada di kondisi mereka yang serba kekurangan makanan. Maka dari itu, ambillah secukupnya dalam porsi makan kamu, habiskan dan nikmati dengan rasa syukur.
Semoga kepungan pandemi Covid-19 segera berlalu dan semua bisa berjalan seperti biasanya serta semua kebutuhan pokok sehari-hari bisa terpenuhi. Masak dan makanlah secukupnya. Biar belanja makin irit dan keuangan aman, gunakan kartu kredit buat dapatkan diskonnya. Belum punya kartu kredit? Tinggal klik, pilih, ajukan kartu kredit di Cermati.com.
Baca Juga: Sedih, Hasil Survei: 95 Juta Netizen RI Belum Pernah Belanja Online