Sabtu 04 Apr 2020 06:42 WIB

Perusahaan Perlu Dukungan Pemerintah Supaya Bisa Bayar THR

Pandemi menyebabkan perusahaan mengurangi kegiatan, berarti minim pemasukan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Wabah virus corona yang masih menyebar di hampir semua negara khususnya di Indonesia, berdampak pada penurunan kinerja sejumlah sektor usaha.
Wabah virus corona yang masih menyebar di hampir semua negara khususnya di Indonesia, berdampak pada penurunan kinerja sejumlah sektor usaha.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah virus corona yang masih menyebar di hampir semua negara khususnya di Indonesia, berdampak pada penurunan kinerja sejumlah sektor usaha. Meski begitu, pemerintah mengingatkan perusahaan terutama swasta agar tetap membayarkan hak karyawan berupa Tunjangan Hari Raya (THR).

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, sulit bagi perusahaan memenuhi kewajiban tersebut di tengah kondisi ini. Apalagi bagi sektor yang terdampak seperti pariwisata, transportasi, ritel, dan lainnya. 

Baca Juga

"Kondisi cashflow (beberapa perusahaan sektor itu) sangat parah. Jadi perlu dukungan pemerintah kalau dipaksa untuk membayar THR," ujar Shinta kepada Republika.co.id pada Sabtu, (4/4).

Menurutnya, masing-masing perusahaan pun harus membuat kesepakatan bipartite dengan pekerjanya. "Kesepakatan bipartite yaitu antara pemberi kerja dan penerima kerja," jelasnya. 

Dirinya juga menuturkan, industri manufaktur Indonesia menurun tajam pada kuartal I 2020. Hal itu terlihat dari data Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia IHS Markit yang menurun dari posisi 51,9 pada Februari ke level 45,3 pada Maret.

Menurutnya, PMI Manufaktur Indonesia pada kuartal II bisa lebih anjlok lagi. "Wajar bila PMI Q2 (kuartal kedua) 2020 terjun bebas karena PMI akan selalu mengikuti tren atau proyeksi permintaan pasar di kuartal yg dilaporkan," jelasnya.

Shinta menuturkan, pada kuartal II terdapat proyeksi penyebaran wabah corona yang lebih luas atau dalam hingga mencapai peak point. Maka pelaku usaha khususnya di sektor manufaktur memproyeksikan permintaan pasar terhadap produk manufaktur akan lebih rendah dibandingkan saat ini, karena permintaan nantinya sangat terkonsentrasi pada barang atau jasa kebutuhan primer.

Dengan begitu, lanjutnya, sebagian besar industri manufaktur memproyeksikan adanya penurunan permintaan dan pendapatan secara drastis. Baik dari dalam maupun luar negeri.

"Sehingga tidak masuk akal bila perusahaan akan meningkatkan purchasing atau produksi. Kami proyeksikan tren ini akan bertahan hingga ada kontrol yg lebih baik terhadap wabah di Indonesia dan di level global," kata dia.

Selama wabah masih belum terkendali, tegas Shinta, PMI pun tidak akan pulih, malah akan semakin turun. Jika penyebaran wabah bisa diatasi sebelum akhir kuartal II 2020, diperkirakan PMI kuartal III akan sedikit terangkat. 

"Namun kalau masih belum juga terkendali hingga ke, kemungkinan besar PMI di sepanjang 2020 tidak akan menunjukkan perubahan positif," jelasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement