REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Sebuah tembok penahan tebing (TPT) di Desa Cukangjayaguna, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, ambruk pada Ahad (5/4) sore. Akibat kejadian itu, seorang ibu dan anaknya meninggal dunia lantaran tertimpa bangunan yang ambruk.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Irwan mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Ahad sekira pukul 18.20 WIB. Ketika itu, satu keluarga sedang shalat magrib berjamaah di rumahnya. Setelah shalat, tiba-tiba TPT yang berada di samping rumahnya ambruk diakibatkan hujan dengan intensitas tinggi yang terjadi sejak sore hari di wilayah itu.
"Karena intensitas hujan cukup tinggi, TPT itu terlalu tegak lurus dan sudah lama. Jadi itu ambruk dan menimpa rumah," kata dia sata dihubungi Republika, Senin (6/4).
Akibat kejadian itu, satu rumah rusak berat. Sementara dua orang penghuninya meninggal dunia dan dua orang lainnya mengalami luka-luka. Dua orang yang meninggal adalah Ela (24 tahun) dan anaknya yang berusia 3 tahun. Sementara suami Ela, Dadan (33) dan ibunya Ipi (49) mengalami luka-luka.
"Ketika itu mereka berada di rumah habis shalat magrib berjamaah di rumah," kata dia.
Irwan menambahkan, BPBD sudah mendatangi lokasi langsung untuk menyerahkan santunan kepada korban. Pada Senin pagi, BPBD juga melakukan pembersihan puing-puing dibersihkan puing-puing sisa material TPT yang ambruk.
"Jadi itu bukan longsor, hanya TPT ambruk," kata dia.
Irwan mengimbau warga untuk terus waspasa akan bencana selama musim hujan. Jauh sebelum memasuki musim hujan, pihaknya juga sudah memberikan surat edaran ke setiap camat dan kepala desa untuk selalu berhati-hati.
Sebab, menurut dia, musim hujan kali ini diprediksi lebih tinggi intensitasnya. Apalagi, musim kemarau lalu terjadi cukup lama, sehingga tanah yang retak terisi air sangat rentan terjadi longsor.
"Kita hanya bisa imbau, soalnya banyaj rumah warga yang berada di zona merah. Kalau mau dipindah juga susah," kata dia.