Selasa 07 Apr 2020 08:34 WIB

KBRI Washington Pantau Kesehatan WNI Lansia Lewat Daring

Pemantauan kesehatan WNI Lansia dilakukan KBRI untuk deteksi dini Covid-19.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pemantauan kesehatan lansia dengan termometer, ilustrasi
Foto: Flickr
Pemantauan kesehatan lansia dengan termometer, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington tengah menyiapkan kegiatan pemantauan kesehatan daring (online) berkala bagi warga negara Indonesia (WNI) kelompok lansia (usia di atas 60 tahun) yang dinilai lebih rentan terhadap wabah virus corona tipe baru atau Covid-19. Hal itu sebagai langkah antisipasi dan deteksi dini dampak pandemi Covid-19 yang menyebar luas di seluruh Amerika Serikat (AS).

Kegiatan itu dibantu oleh simpul-simpul komunitas, mahasiswa dan diaspora Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan. Mereka akan memantau para lansia yang sebelumnya telah mendaftarkan diri melalui email maupun nomor hotline KBRI Washington dengan pendataan suhu tubuh secara berkala yang dilaksanakan sebanyak dua kali dalam sehari, yaitu pukul 9.00 dan 19.00.

Baca Juga

"Data-data yang masuk baik lewat formulir daring, email, pesan singkat, dan WhatsApp tersebut akan kami buat database sebarannya, dijaga kerahasiaannya dan dipantau langsung oleh para dokter dan tenaga medis diaspora Indonesia yang tergabung dalam Program Pos Kesehatan KBRI Washington, D.C.," ujar Koordinator Fungsi Protokol dan Konsuler yang juga bertindak sebagai Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Covid-19 KBRI Washington, Theodorus S Nugroho dalam rilis pers KBRI Washington.

Menyadari kelangkaan alat ukur suhu tubuh yang juga menjadi salah satu barang yang paling dicari di AS saat ini, KBRI Washington akan membantu dan mengkoordinir penyediaan alat tersebut. "Bagi para lansia yang belum mempunyai thermometer, untuk tahap pertama ini, KBRI akan membantu penyediaan sekitar 50 buah dikarenakan keterbatasan ketersediaan barang saat ini," kata Theodorus. 

Selain sebagai langkah deteksi dini dan upaya-upaya antisipasi perlindungan, kegiatan itu dimaksudkan juga untuk mempererat komunikasi dan koordinasi komunitas WNI dan diaspora Indonesia. Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Washington Iwan Freddy Hari Susanto mengatakan, kegiatan itu memiliki semangat dan cakupan yang cukup komprehensif. Selain sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam situasi yang tidak mudah ini, langkah kolektif tersebut juga bentuk upaya untuk terus meningkatkan komunikasi, koordinasi dan kekompakan, serta solidaritas dan kepedulian.

"Oleh karena inilah saatnya kita saling bahu membahu, bersatu padu, bergotong royong, dan saling tolong-menolong," ujar Iwan.

Uyung Asikin, WNI sekaligus tokoh/sesepuh masyarakat Indonesia yang berdomisili di Silver Spring, Maryland menilai langkah KBRI ini sangat bermanfaat. Terlebih, dengan diberlakukannya perintah untuk tetap tinggal di rumah oleh pemerintah setempat dan keterbatasan akses sebagian masyarakat terhadap dukungan medis.

"Ini merupakan solusi praktis sekaligus dukungan moral serta psikologis yang sangat besar. Kami merasa tenang karena yakin bahwa kami tidak sendirian," ujarnya ketika dihubungi lewat telepon. 

Sejak diberlakukannya status darurat nasional pada 13 Maret 2020 oleh Presiden Donald Trump, sebagian besar negara bagian di AS termasuk ibu kota Washington telah menerapkan perintah eksekutif “Stay At Home” sebagai upaya pencegahan penyebaran pandemi Covid-19. Perintah itu mengharuskan semua warga untuk tinggal di rumah kecuali untuk keperluan yang sangat penting dan terbatas. 

Salah satu dampaknya, ruang gerak para lansia pun menjadi semakin terbatas, karena terdapat kekhawatiran mengenai kemungkinan tertular dan terkena dampak kesehatan akut Covid-19. Selain itu, KBRI Washington DC juga terus berkoordinasi dengan seluruh Perwakilan RI se-AS yang terdiri dari 5 Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Chicago, Houston, Los Angeles, New York, dan San Fransisco, serta Perutusan Tetap RI (PTRI) untuk PBB di New York. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement