Selasa 07 Apr 2020 15:57 WIB

IKA UII Serahkan Donasi APD ke Puluhan Rumah Sakit

Penyerahan bantuan dilakukan tiga tahap dengan lima rumah sakit di tahap pertama.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UII Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UII Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Islam Indonesia (UII) Peduli menyerahkan donasi alat pelindung diri (APD) ke puluhan rumah sakit. Penyerahan dilakukan tiga tahap dengan lima rumah sakit di tahap pertama.

Wakil Ketua IKA UII, Asma'i Ishak mengatakan, donasi tahap pertama diberikan ke lima rumah sakit. Ada RS Jogja International Hospital (JIH), RS UII, RS Jantung Harapan Kita, RS Persahabatan, dan RSPI Sulianto Saroso.

Penyerahan kepada tiga rumah sakit di luar DI Yogyakarta sebenarnya sudah dilakukan 6 April 2020. Tapi, keterlambatan pengiriman membuat penyerahan kepada RS JIH dan RS UII baru bisa dilaksanakan pada 7 April 2020.

"Insya Allah langkah yang kami lakukan sejalan dengan UII, dan penggalangan dana tidak cuma untuk mengatasi virus corona, tapi, untuk mengatasi dampak virus ini yang tentu akan terasa," kata Asma'i, di RS JIH, Selasa (7/4).

Penyerahan donasi tahap kedua akan dilakukan ke lima RS dan tahap tiga ke 55 RS. Total bantuan mencapai sekitar 6.500 paket berupa baju hazmat, hand sanitizer, sarung tangan, masker, pelindung wajah, dan vitamin.

Donasi diserahkan Wakil Ketua IKA UII, diterima Presiden Direktur RS JIH, Mulyo Hartana, dan Direktur RS UII, Widodo Wirawan. Turut menyaksikan Rektor UII, Fathul Wahid, dan Ketua Yayasan Badan Wakaf UII, Suwarsono Muhammad.

Presiden Direktur RS JIH, Mulyo Hartana menuturkan, RS JIH memang ditunjuk sebagai salah satu RS rujukan di DIY. RS JIH dinilai memiliki kemampuan mulai sumber daya manusia, peralatan, dan lain-lain untuk tangani Covid-10.

Ia menerangkan, walau selama ini masih mampu memenuhi kebutuhan, mereka kerap mengalami kesulitan dan keterlambatan kebutuhan APD. Karenanya, Mulyo memberikan apresiasi tinggi atas bantuan APD dari IKA UII Peduli tersebut.

"Kita siapkan delapan ruang isolasi, walaupun saat ini diisi 12 PDP, yang jika satu orang butuh satu APD, tiap hari kita butuh minimal delapan APD, dan satu pekan kita butuh minimal sekitar 56 APD," ujar Mulyo.

Selain di kamar, lanjut Mulyo, APD dibutuhkan untuk mereka yang melakukan proses skrinning. Tapi, karena persediaan yang tidak terlalu banyak untuk skrinning tetap memakai APD tapi tidak selengkap APD yang ada di ruangan.

Ia menambahkan, setiap hari untuk semua pegawai-pegawai RS JIH disiapkan masker dan suplemen. Mulyo berharap, upaya-upaya yang dilakukan memberikan hasil yang baik, dan pandemik Covid-19 di Indonesia bisa segera berlalu.

Senada, Direktur RS UII, Widodo Wirawan menjelaskan, walau belum ditetapkan sebagai RS rujukan Covid-19, perlindungan bagi tenaga medis diperlukan. Terlebih, jumlah tenaga medis yang meninggal di Indonesia terus bertambah.

Celakanya, kata Widodo, kasus terbesar justru dialami tenaga-tenaga medis atau dokter-dokter di Poliklinik karena kurangnya APD. Karenanya, RS UII yang persediaan APD-nya masih sangat terbatas mengapresiasi donasi tersebut.

"Per hari minimal kita butuh 30, semua kita pakai untuk pasien PDP, jadi sebulan kalau mau aman kita butuh sekitar 1.000-1.500," kata Widodo.

Rektor UII, Fathul Wahid menambahkan, donasi ini merupakan satu ikhtiar sebagai anak bangsa. Walau tidak banyak, ia merasa, jika semua anak bangsa bergerak kebutuhan yang ada mampu dipenuhi bantuan-bantuan tersebut.

Bagi Fathul, jika semua anak bangsa mampu bergerak cepat, semakin cepat pula rantai penyebaran dapat diputus. Ia mengakui, ada kesulitan kebutuhan dapat dipenuhi, jadi UII memberdayakan mahasiswa, UKM dan UMKM memproduksi APD.

"Alhamdulillah, mahasiswa-mahasiswa kami sudah bisa memproduksi 500 APD sehari, dan UII Peduli tidak cuma mengirim ke DIY, tapi ke Kalimantan, Sumatra, dan semoga produksi hazmat bisa dipercepat," ujar Fathul.

Fathul meyakini, walau alami kesulitan mendatangkan bahan baku mereka akan mampu memebuhi kebutuhan RS-RS. Ia turut memberikan apresiasi kepada dokter dan tenaga medis yang selama ini sudah berjuang menangani pasien Covid-19.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement