Rabu 08 Apr 2020 21:43 WIB

Santunan Fakir Miskin dan Mimpi Sufi Bertemu Rasulullah SAW

Menyantuni fakir miskin merupakan anjuran Rasulullah SAW.

Menyantuni fakir miskin merupakan anjuran Rasulullah SAW.  Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Menyantuni fakir miskin merupakan anjuran Rasulullah SAW. Salah satu potret kemiskinan di ibukota (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Menyantuni fakir miskin atau dhuafa merupakan perbuatan yang mulia. Rasulullah SAW sangat menganjurkan umatnya untuk berbuat baik kepada mereka. Bahkan, perbuatan baik kepada dhuafa menjadi salah satu pemicu datangnya syafaat Rasulullah SAW kelak. 

Sebagaimana dikutip dari kitab Misykat Al Anwar, sesudah wafatnya Syekh Junaid Al-Baghdadi yang merupakan tokoh ulama di Baghdad, posisinya digantikan Syekh Muhammad Al-Hariri. Ia termasuk orang yang sangat alim dan tawadhu dalam beribadah. Ketawadhuannya itu sudah sangat terkenal.

Baca Juga

Suatu masa, Syekh Hariri tinggal di masjid untuk melaksanakan iktikaf dan memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Seperti berzikir, tasbih, shalawat, dan membaca Alquran.

Suatu hari, di sudut masjid yang lain, Syekh Hariri melihat ada seorang anak muda yang juga sedang bertafakur kepada Allah. Diam-diam, Al-Hariri memperhatikan anak muda itu.

Ketika tiba waktu shalat, si anak muda ini bersegera mengambil air wudhu dan mendirikan shalat sunah, lalu berzikir sambil menunggu shalat berjamaah dilaksanakan. Dan, ketika selesai shalat berjamaah, si anak muda ini pun kembali ke sudutnya. Ia kembali tenggelam dalam zikirnya.

Malam harinya, Syekh Hariri mendapat undangan dari khalifah ke istananya. Maka itu, seusai melaksanakan shalat Isya secara berjamaah, Syekh Hariri berniat mengajak si pemuda untuk turut serta. Namun, si pemuda menolaknya. “Aku tak punya keperluan apa-apa dengan khalifah. Aku hanya ingin diberi ashidah—semacam bubur atau dodol,’’ ujar si anak muda.

Karena tak mau diajak, Syekh Hariri meninggalkan pemuda tersebut dan berangkat sendiri memenuhi undangan khalifah. Sekembalinya bertemu dengan khalifah, ia lalu ke masjid, dan mendapati pemuda itu sedang tertidur di sudutnya. Syekh Hariri pun kembali ke sudutnya pula, tanpa memberikan ashidah kepada pemuda itu. Tak lama kemudian, ia juga tertidur.

Dalam tidurnya, ia bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW. Ia melihat di samping kanan Nabi SAW ada Nabi Ibrahim dan di kirinya Nabi Musa. Sedangkan di belakangnya, ada sekitar 124 ribu nabi dan rasul.

“Maka, aku pun berdiri dan berusaha mencium tangan Rasul. Tapi, Rasul memalingkan wajahnya,’’ ujar Hariri. Ia pun bertanya kepada Rasulullah SAW.

“Ya Rasulullah, mengapa Engkau memalingkan wajahmu dari diriku,’’ tanya Syekh Hariri. Tiba-tiba, Syekh Hariri melihat Rasul tampak begitu marah. Ia pun menjadi ketakutan. “Ada apakah ya Rasululah,’’ tanya Syekh Hariri.  

“Engkau telah berbuat bakhil. Engkau enggan memberikan ashidah kepada seorang fakir dan membiarkannya kelaparan pada malam ini,’’ jawab Rasul.

Segeralah Syekh Hariri terbangun. Dengan perasaan takut dan gemetar, ia segera mendatangi sudut pemuda tadi. Namun, ia tak mendapatinya. Syekh Hariri pun lalu keluar masjid dan mencari ke mana gerangan pemuda itu pergi. Di persimpangan jalan, ia berhasil menemukan pemuda tersebut. Dia pun segera menyapanya.

“Wahai pemuda, tunggu sebentar. Akan ku bawakan ashidah yang engkau minta,’’ ujarnya. Si pemuda ini hanya melihat kepadanya sambil tersenyum. Ia berkata: “Ya Syekh, aku hanya minta sesuap ashidah darimu, dan engkau akan mendapatkan syafa’at dari 124 ribu nabi dan rasul karena sesuap itu,’’ ujarnya. 

 

 

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement