Senin 13 Apr 2020 13:37 WIB

Jangan Tunggu Menikah untuk Atasi Endometriosis

Dokter menyerukan agar perempuan lajang tak tunggu menikah untuk mengatasi endometrio

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Nyeri haid akibat endometriosis. Dokter menyerukan agar perempuan lajang tak tunggu menikah untuk mengatasi endometriosis.
Foto: ist
Nyeri haid akibat endometriosis. Dokter menyerukan agar perempuan lajang tak tunggu menikah untuk mengatasi endometriosis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian perempuan mengaku tak lagi merasakan keluhan nyeri menstruasi akibat endometriosis setelah menikah. Ini membuat cukup banyak orang meyakini bahwa menikah dan hamil merupakan cara yang efektif untuk mengatasi nyeri menstruasi akibat endometriosis bagi perempuan lajang.

Pada dasarnya, endometriosis merupakan suatu kondisi di mana terdapat lapisan dinding rahim (endometrium) di luar rahim. Endometriosis bisa terjadi karena darah menstruasi yang seharusnya keluar dari tubuh melalui liang senggama justru berbalik arah dan masuk ke dalam rongga perut.

Baca Juga

Kondisi ini dikenal sebagai menstruasi terbalik atau menstruasi retrograde. Saat menstruasi, endometrium yang terdapat di luar rahim ini bisa mengalami perdarahan kecil seperti menstruasi.

Perdarahan kecil ini dapat memicu terjadinya nyeri yang luar biasa di perut. Oleh karena itu, penderita endometriosis kerap mengalami keluhan nyeri menstruasi yang lebih hebat dibandingkan perempuan pada umumnya.

Sebagian perempuan mungkin bisa terbebas dari nyeri menstruasi setelah menikah dan hamil. Akan tetapi, bukan berarti menikah dan hamil bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

"Menyuruh cepat menikah (untuk mengatasi nyeri menstruasi akibat endometriosis), ini pernyataan yang kurang bertanggung jawab," ungkap spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrin dan reproduksi dari RS Pondok Indah - Pondok Indah Dr dr Kanadi Sumapraja SpOG-KFER MSc, di Jakarta.

Salah satu alasannya, menurut Kanadi, menikah adalah masalah personal dan berkaitan dengan jodoh. Akan terasa keliru bila seseorang menikah hanya untuk mengatasi nyeri menstruasi akibat endometriosis.

"Lalu, kita juga tidak pernah tahu kapan dia akan menikah. Menikah kan masalah jodoh," ucap Kanadi.

Di sisi lain, menikah juga bukan sesuatu yang bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Dibutuhkan beragam persiapan yang memakan waktu cukup lama hingga sebuah pernikahan bisa diselenggarakan. Kondisi endometriosis bisa semakin memberat selama menunggu datangnya hari pernikahan.

"Kalau dibiarkan tidak diintervensi, yang terjadi ialah derajat endometriosis bisa semakin berat," kata Kanadi.

Kanadi mengatakan, masalah endometriosis cukup sering terabaikan karena perempuan merasa nyeri menstruasi merupakan hal yang biasa. Penelitian menunjukkan bahwa diagnosis endometriosis rata-rata memakan waktu tujuh tahun sejak nyeri menstruasi pertama kali muncul karena perempuan menunda-nunda untuk memeriksakan masalah nyeri menstruasinya ke dokter.

Kanadi pun cukup sering mendapati pasien yang baru memeriksakan diri karena hendak menikah. Padahal, keluhan nyeri haid sudah dirasakan oleh pasien tersebut selama bertahun-tahun.

Kanadi mengingatkan bahwa endometriosis merupakan penyakit yang sangat bergantung pada hormon estrogen. Semakin lama endometriosis dibiarkan, semakin bertambah berat penyakit kronik dan progresif ini. Tanpa penanganan, endometriosis dapat menyebabkan terjadinya distorsi anatomi rahim sehingga kesuburan ikut terganggu.

"(Salah seorang pasien) nyeri sejak 10 tahun lalu dan belum pernah berobat. Yang terjadi, sudah ada perlengketan di perut yang sangat berat, kista sudah terjadi, ini menyebabkan gangguan kesuburan," tukas Kanadi.

Oleh karena itu, keluhan nyeri menstruasi perlu segera diperiksakan ke dokter agar akar masalah bisa segera ditemukan. Bila nyeri menstruasi tersebut disebabkan oleh endometriosis, maka penyakit tersebut bisa ditemukan dan ditangani sedini mungkin sebelum menyebabkan masalah kesuburan yang lebih serius.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement