REPUBLIKA.CO.ID, PATHUM THANI -- Teriakan "Makanan, inilah makanannya," bergema di lingkungan Bangkok saat truk Wannapa Yarnsarn tiba. Mobil itu membawa segala macam bahan makanan, mulai dari mangga, cabai kering, hingga daging segar untuk dijual.
Orang-orang keluar dari rumah-rumah, tempat mereka berlindung dalam upaya menghentikan penyebaran virus corona. Serempak mereka memilih belanja dari rak pajangan yang penuh dengan bungkusan di bagian belakang truk.
Selama beberapa generasi, penjual keliling biasa berada di lingkungan Thailand dan beberapa negara Asia lainnya. Namun, mal-mal baru dengan supermarket besar dan toko serba yang menjual makanan siap saji hampir membuat keberadaan penjual itu gulung tikar.
Saat virus corona menyebar, penjual keliling itu justru mendapatkan perpanjangan napas. Mereka kembali hidup karena warga mulai membeli kebutuhan sehari-hari karena pembatasan aktivitas keluar rumah.
"Meskipun saya takut virus, saya masih harus keluar dan menjual, kalau tidak pelanggan tidak akan makan apa-apa," kata Wannapa.
Wannapa mengatakan bisnisnya membaik sejak virus corona muncul pada Januari. Dia mendapatkan laba harian rata-rata 2.200 baht dibandingkan dengan hari biasanya hanya sekitar 1.800 baht.
Direktur pasar grosir yang melayani ratusan truk yang berdagang di Bangkok, Panalee Phatrapradit mengatakan, wabah virus itu membawa angin segar untuk bisnis yang telah lama mengalami penurunan. "Selama bertahun-tahun, pelanggan secara bertahap mengubah perilaku karena mereka memiliki lebih banyak pilihan, lebih banyak akses ke produk daripada sebelumnya," katanya.
Pemerintah berusaha membatasi pertemuan sosial dan mendesak orang untuk tinggal di rumah. Pusat perbelanjaan telah diperintahkan untuk tutup, kecuali untuk pengiriman restoran dan supermarket dan jam malam selama enam jam berlaku di malam hari.
"Ada terlalu banyak orang di supermarket," kata warga Bangkok Thepparak Bankajee yang harus menghabiskan waktunya di dalam rumah.
Dengan adanya pedagang keliling itu juga membuat Thepparak terbantu karena tidak harus ke supermarket. "Lagi pula, kami tidak ingin keluar karena kita semua tahu bahwa truk makanan akan ada di sini," ujarnya.