REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Arkeolog Rusia dibuat penasaran dengan penemuan tanah liat berbentuk wajah seorang pria muda di gundukan pemakaman Shestakovsky No 6. Penemuan ini pertama kali digali di Khakassia pada tahun 1968 oleh Profesor Anatoly Martynov.
Di antara orang-orang yang dikremasi dengan topeng elegan ini, seorang pejuang tampan adalah yang paling menonjol. Teknologi sinar-X pada periode itu mengindikasikan ada sesuatu yang tidak biasa pada tulang-tulang di dalam kepala tanah liat.
"Ada tulang tengkorak dan ruang berlubang kecil, yang bagaimanapun tidak sesuai dengan ukuran bagian dalam tengkorak manusia tetapi jauh lebih kecil," catat Martynov prescient pada tahun 1971, dilansir di Siberian Times, Rabu (15/4).
Membuka kepala tanah liat itu dianggap mustahil karena akan menghancurkan peninggalan kuno ini. Hampir empat dekade kemudian, para ilmuwan kembali ke misteri pria ini.
Seperti yang diamati oleh ilmuwan Dr Elga Vadetskaya, kepala orang mati ditutupi tanah liat, membentuk wajah baru pada tengkorak, dan seringkali menutupi wajah tanah liat dengan gipsum.
Jadi perkiraannya adalah dengan membentuk topeng ini, tulang-tulang di dalamnya, meskipun dalam pecahan kecil, akan menjadi manusia. Namun ternyata itu perkiraan yang salah. Di belakang topeng itu bukan tengkorak manusia melainkan domba.
Penelitian ini dipimpin oleh Profesor Natalya Polosmak, dari Institut Arkeologi dan Etnografi, dan Dr Konstantin Kuper, dari Institut Fisika Nuklir, keduanya di Novosibirsk, dan bagian dari Cabang Siberia di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
"Diperkirakan ada tengkorak manusia di dalamnya. Tentu saja cukup mengejutkan ketika melihat tengkorak domba," ucap dia.
Apa yang membuat orang-orang kuno ini mengisi mayat manusia dengan bangkai domba jantan?
Dalam artikel untuk majalah Science First Hand Profesor Polosmak menawarkan dua opsi. Ini merupakan satu-satunya kasus dari arkeologi yang ditemukan. Dia menduga fenomena ini selain karena keunikan juga kebetulan.
Dia percaya orang-orang Tagar kemungkinan telah mengubur dengan cara yang luar biasa seorang pria yang tubuhnya belum ditemukan ini. Dia menduga bahwa pria itu bisa tersesat, tenggelam, atau menghilang di tanah asing.
Karena alasan ini ia diganti dengan binatang tempat jiwanya diwujudkan, dan dalam hal ini dikirim ke alam setelah kematian bersama dengan kerangka sesama manusia.
"Ini pasti satu-satunya cara untuk memastikan kehidupan setelah kematian seseorang yang belum kembali ke rumah," katanya.
Teori lainnya untuk 'pemakaman palsu' adalah bahwa hal itu mungkin dilakukan untuk memberi pria itu kesempatan untuk memulai awal yang baru, kehidupan baru dalam status baru.
"Alih-alih seorang manusia yang hidup yang kematiannya dipentaskan karena alasan tertentu, seekor binatang, seekor domba yang menyamar sebagai manusia yang ditawarkan,"jelasnya.
Satu hal yang jelas: bagi orang-orang zaman dahulu, domba jantan memiliki arti penting. Seekor domba jantan adalah salah satu hewan yang paling disembah di masa lalu. Awalnya, dewa Mesir Khnum digambarkan sebagai seekor domba jantan, kemudian, sebagai seorang pria dengan kepala seekor domba jantan.
Terdapat versi ketiga yang telah diusulkan oleh Dr Vadetskaya dalam bukunya The Ancient Yenisei Masks dari Siberia setelah mempelajari ritual penguburan yang rumit dari orang-orang kuno selama periode Tesinsk ini.
Karyanya didasarkan pada penelitian arkeolog lain tetapi juga mendapat masukan menarik dari para ahli forensik.
Dia percaya upacara pemakaman memiliki dua tahap. Yang pertama adalah meletakkan mayat di 'kotak batu' yang kemudian dibawa ke kuburan dangkal atau di bawah tumpukan batu selama beberapa tahun.
Tujuan utamanya adalah mumifikasi parsial yakni kulit dan jaringan membusuk, tetapi tendon dan sumsum tulang belakang tetap ada. Kemudian kerangka itu diambil utuh dan diikat oleh cabang-cabang kecil.
Tengkorak itu dibuka dan bagian otak lainnya dikeluarkan. Kemudian kerangka itu berubah menjadi semacam 'boneka' yang dibungkus dengan rumput dan dilapisi dengan potongan kulit dan kulit pohon birch.
Kemudian, menurut Dr Vadetskaya, mereka merekonstruksi 'wajah' di tengkorak. Lubang hidung, rongga mata dan mulut diisi dengan tanah liat, kemudian tanah liat itu dimasukkan ke tengkorak dan 'wajah' dicetak meskipun tanpa banyak kemiripan wajah aslinya.
Seringkali wajah tanah liat ini ditutupi dengan lapisan tipis gipsum dan dicat dengan ornamen. Dia menduga bahwa mumi bertopeng ini kembali dibawa ke keluarga mereka sambil menunggu pemakaman kedua yang lebih besar. Ini mungkin telah terjadi selama beberapa tahun: ada bukti bahwa gipsum diperbaiki dan dicat ulang.