REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah telah menginstruksikan sekolah-sekolah mulai dari tingkatan pendidikan usia dini (PAUD) hingga universitas menerapkan sistem belajar dari rumah selama masa pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19). Namun, tak semua semua sekolah dapat melakukan sistem belajar di rumah dengan baik, khususnya untuk sekolah yang berada di pelosok.
Para guru di pelosok mesti mendatangi siswanya satu per satu agar materi pembelajaran dapat disampaikan dengan baik. Salah satu guru di SDN Purbayani 1, Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Kabupaten Garut, Ujang Setiawan Firdaus (50 tahun), memilih mendatangi rumah siswanya untuk mengajar. Dia tak bisa mengandalkan teknologi sebagai panduan siswa belajar.
Sejak pekan pertama sekolah diliburkan, pada pertengahan Maret 2020, Ujang selalu mendatangi rumah siswanya satu per satu menggunakan sepeda motornya. Ia ingin memastikan aktivitas para siswa belajar di rumah berjalan dengan baik. "Jadi ke rumah-rumah kasih materi pelajaran selama 30 menit sampai satu jam," kata dia, saat dihubungi wartawan, Jumat (17/4).
Ia mengakui, sudah ada anjuran agar siswa belajar secara daring. Bahkan, saat ini program belajar juga sudah ditayangkan melalui TVRI. Namun, di pelosok tak banyak yang memiliki telepon pintar dan menggunakannya untuk belajar. Sementara jaringan TVRI di pelosok juga tak semua jernih.
Dengan segala keterbatasan fasilitas itu, dia mengatakan, tak memungkinkan proses pembelajaran siswanya akan berjalan dengan maksimal. Karena itu, Ujang berinisiatif mendatangi rumah para siswanya, siswa kelas V, untuk memberi materi pelajaran. "Alhamdulillah orang tua juga banyak yang mengerti. Kadang saya disuguhkan kopi, kadang saat pulang dibekali makanan," kata dia.
Menurut dia, para siswanya juga rindu untuk belajar di sekolah. Sebab, lanjut dia, ketika belajar di sekolah para siswa bisa bertemu dengan teman-temannya.
Ujang yang mengajar kelas V SD itu setiap hari rutin datang ke rumah siswa. Total terdapat 45 siswa yang harus diajarnya. Ia membagi ke dalam beberapa kelompok untuk memudahkan tugasnya. "Murid saya tinggal di enam kampung. Jadi kalau tinggalnya sekampung, dikumpulkan di satu rumah. Pas selama enam hari itu untuk datang ke enam kampung," kata dia.
Mengajar ke rumah, diakui Ujang jadi inisiatif sendiri. Ia merasa punya tanggung jawab untuk tetap memberikan pelajaran ke muridnya. Pihak sekolah, menurut dia, tak menginstruksikan untuk mengajar siswa secara langsung.
Ujang berharap, para guru tetap memerhatikan siswanya belajar di rumah, bukan semata mengandalkan teknologi. Apalagi masa belajar di rumah kemungkinan bisa diperpanjang selama pandemi corona belum berakhir.