Ahad 19 Apr 2020 13:11 WIB

Fenomena Langka Hujan Meteor Lyrid Terjadi Pekan Ini

Hujan meteor Lyrid disebabkan oleh jejak puing komet Thatcher.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Hujan Meteor Lyrid
Foto: Huffington Post
Hujan Meteor Lyrid

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Meteor Lyrid menghujani langit malam setiap April selama 2.700 tahun. Kejadian tersebut akan kembali terjadi di April 2020 dan menjadi salah satu sorotan astronomi paling unik tahun ini.

Menurut pakar meteor NASA Bill Cookie, pada 2020, puncak konsentrasi bintang jatuh diperkirakan terjadi antara 19 April malam hari dan dini hari 22 April. Saat waktu puncak, orang bisa melihat 10 hingga 20 hujan meteor setiap 60 menit.

Baca Juga

Waktu terbaik melihat hujan meteor adalah ketika langit malam berada paling gelap. Para astronom merekomendasikan untuk keluar antara tengah malam dan fajar selama langit cerah. Semua orang bisa menyaksikan hujan meteor tanpa peralatan apa pun.

Selain itu ada kemungkinan yang ada di Bumi akan melihat Earth-gazer, sebuah meteor yang bergerak lambat dan bergerak secara horizontal melintasi langit pada malam hari. NASA Bill Cooke manambahkan bulan akan muncul sebagai bulan sabit tipis antara 19 dan 22 April.

Ini hanya 48 jam dari fase bulan baru, jadi cahaya bulan seharusnya tidak menghalangi pandangan hujan meteor. Bagi para penikmat sinar matahari, tempat pancaran sinar matahari akan berada di dekat rasi Lyra harpa, berisi bintang terang Vega ke arah timur langit malam. Dari kedekatannya dengan Lyra ini hujan meteor tersebut dinamakan hujan meteor Lyrid.

Sisi lain, melihat konstelasi ini mungkin merupakan kesempatan terbaik bagi penduduk kota untuk menikmati kesempatan ini, meskipun ada gangguan dari cahaya sekitar.

“Dibandingkan dengan hujan meteor lainnya, Lyrid cenderung menghasilkan meteor cerah dan sesekali bola api,” kata Robert Lunsford dari American Meteor Society, seperti yang dilansir dari The Epoch Times, Ahad (19/4),

“Ini membuat meteor mudah dilihat dan difoto. Meskipun Lyrid rata-rata cukup cerah, hujan meteor ini tidak fotogenik, keculia jika Anda mengambil eksposur waktu selama aktivitas maksimum,” ujarnya.

Meteor terjadi disebabkan ketika partikel debu jatuh ke atmosfer Bumi dan meninggalkan jejak gas terionisasi yang bersinar selama beberapa detik. Menurut Observatorium Griffith, partikel bergerak sekitar 27 mil per detik ketika mereka memasuki atmosfer.

Sekitar seperempat dari semua meteor Lyrid meninggalkan jejak yang terlihat. EarthSky melaporkan hujan meteor tahunan Lyrid menerima jejak panjang puing-puing dari Komet C/1861 G1 (Thatcher). Sementara komet Thatcher berada di orbit matahari yang berlangsung sekitar 415 tahun, Bumi berpapasan dengan komet tersebut setiap tahun pada paruh kedua April.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement