Rabu 22 Apr 2020 17:21 WIB

Aksi Jual Reda, IHSG Menguat 1,46 Persen

Aksi jual berhenti seiring ekspektasi pasar terhadap ekonomi negara berkembang Asia.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. IHSG ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Rabu (22/3) setelah meredanya aksi jual para investor.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. IHSG ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Rabu (22/3) setelah meredanya aksi jual para investor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Rabu (22/3) setelah meredanya aksi jual para investor.  IHSG menguat 65 poin atau 1,46 persen menjadi 4.567 setelah sempat terkoreksi di awal perdagangan.

Penguatan IHSG hari ini ditopang oleh sektor industri dasar, infrastruktur, industri konsumsi, dan keuangan yang bergerak positif. Investor asing membukukan penjualan bersih sebesar Rp 334 miliar.

Baca Juga

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menilai perbalikan harga dari pasar saham pada sesi II dinilai berasal dari meredanya aksi jual sejak level tertinggi awal pekan ini. Indeks MSCI Emerging Market Asia juga telah menguat sejak akhir Maret sebesar 24,78 persen dari level terendahnya.

"Penguatan ini berlangsung seiringan dengan ekspektasi pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang di Asia yang berpeluang mengalami tekanan pada paruh pertama tahun 2020 ini," kata Nico, Rabu (22/4).

Bank of Japan (BoJ) kembali berupaya untuk meningkatkan dukungan pendanaan bagi perusahaan. Di satu sisi, BoJ tetap berkomitmen untuk menghindari pemotongan suku bunga yang dinilai dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat saat ini. 

Berdasarkan konsensus analis pada minggu depan, BoJ diperkirakan akan mengambil langkah lebih lanjut untuk mengurangi ketegangan pendanaan bagi perusahaan yang terkena pandemi. Kebijakan BoJ termasuk meningkatkan pembelian obligasi korporasi dan surat berharga.

Di lain sisi, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan pada Rabu bahwa Pemerintah Korea Selatan akan menyiapkan anggaran tambahan yang ketiga. Alokasi dana tambahan ini diharapkan dapat meningkatkan subsidi untuk menjaga lebih banyak orang Korea Selatan terkena dampak Covid-19. 

Dalam pertemuan dan pembahasan kebijakan, Moon mengatakan dana sebesar 32,4 miliar dolar AS akan digunakan untuk membantu bisnis demi mempertahankan lapangan pekerjaan. Sementara masyarakat yang baru kehilangan pekerjaan akan mendapatkan subsidi 500 ribu won untuk tiga bulan. 

"Penyampaian kebijakan tersebut direspon positif oleh pelaku pasar di Korea Selatan pada sesi kedua perdagangan hari ini," kata Nico.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement