REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),Yudian Wahyudi, mengajak semua pihak tidak menjadi agen pembawa virus Corona ke kampung halaman, dengan cara tidak melakukan tradisi mudik.
"Mari bersama-sama membangun peradaban secara pasif dengan cara tidak menjadi pembawa virus Corona ke kampung halaman," ujar Wahyudi, Sabtu (25/4).
Ia menyampaikan hal tersebut dalam tausiah daring bertajuk “Jumat bersama BPIP: Puasa membangun peradaban” yang diselenggarakan Direktorat Sosialisasi, Komunikasi dan Jaringan BPIP, Jumat (24/4).
Ia memandang mudik di tengah pandemi Covid-19 sebagai jihad akbar mencari pengampunan sosial. Hal ini, kata dia, erat kaitannya dengan ketentuan dalam Islam mengenai dosa bersyarat dan alamiah.
Ia menerangkan, dosa bersyarat yaitu dosa kemanusiaan (insaniah) yang penyelesaiannya dilakukan antar umat manusia itu sendiri, yang karenanya ada situasi dan kondisi yang mengikuti. Sedangkan dosa alamiah adalah hukum sebab akibat, ketika rahmat bagi seluruh alam dilawan maka akibatnya adalah laknat bagi seluruh alam.
Ia mengatakan, sebagai upaya mendapatkan pengampunan sosial, orang yang tinggal di luar daerah akan berupaya untuk bisa melakukan mudik alias pulang kampung agar dapat berhalal bihalal, bertemu dan bersilahturahmi dengan keluarga di tempat asal.
Dalam situasi ini, kata dia, mudik diartikan sebagai suatu proses yang mengantarkan seseorang untuk mengalami langsung betapa tidak mudahnya melakukan pengampunan sosial.
Namun, di tengah pandemi Covid-19 saat ini, pilihan untuk mudik alias pulang kampung menjadi pilihan yang tidak mudah dan dilematis. Menurut dia, Covid-19 sebagai makhluk gaib yang telah merenggut banyak korban jiwa merupakan laknat bagi seluruh alam.
Oleh karena itu, diaberharap semua pihak bisa berjihad akbar atau mengendalikan diri untuk tidak berbondong-bondong mudik. Apabila hal itu tetap dilakukan, secara tidak langsung justru dapat merusak kesehatan keluarga dan lingkungan di kampung halaman.