Rabu 29 Apr 2020 00:44 WIB

PM Prancis: Saatnya Longgarkan Karantina

Membiarkan kebijakan karantina terus berlangsung dapat membahayakan perekonomian.

Rep: Lintar Satria/ Red: Andi Nur Aminah
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe
Foto: (Christian Hartman, Pool via AP
Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perdana Menteri Prancis Edouard Philippe mengatakan kebijakan karantina nasional untuk merespons pandemi virus Corona telah menyelamatkan 62 ribu nyawa dalam satu bulan. Tapi membiarkan kebijakan itu terus berlangsung dapat membahayakan perekonomian.

Berbicara di parlemen Selasa (28/4) Philippe mengatakan sudah waktunya untuk menjelaskan kepada masyarakat bagaimana karantina nasional perlahan-lahan dilonggarkan. Ia mengatakan masyarakat Prancis harus belajar hidup dengan virus dan melindungi diri mereka sendiri.

Baca Juga

Di sisi lain Philippe menegaskan Prancis hanya akan melonggarkan karantina bila angka kasus infeksi baru sudah di bawah 3.000 per hari. Sejak 15 April angka kasus infeksi virus korona di Prancis sudah di bawah 3.000.

Dalam dua pekan terakhir rata-rata kasus baru Covid-19 di Prancis 2.162 per hari. Jika kasus baru kembali naik di atas 3.000 per hari maka karantina tidak dicabut.

"Pencabutan karantina nasional pada 11 Mei tergantung pada jumlah kasus baru di bawah 3.000 per hari, jika indikatornya buruk, karantina nasional tidak akan dicabut pada 11 Mei," kata Philippe.

Ia menambahkan siswa pendidikan menengah di Prancis yang akan kembali ke sekolah setelah karantina dicabut diwajibkan memakai masker. Sementara siswa sekolah dasar tidak diwajibkan memakai masker.

Sekolah dasar dapat dibuka kembali pada 11 Mei dan sekolah menengah atas dibuka secara bertahap mulai dari tanggal 18 Mei. Philippe mengatakan pembelajaran dilanjutkan hanya bila jumlah siswa yang hadir tidak lebih dari 15 orang dalam satu waktu. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement